KEWIRAUSAHAAN



A.    PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN
Secara harfiah Kewirausahaan terdiri atas kata dasar wirausaha yang mendapat awalan ked an akhiran an, sehingga dapat diartikan kewirausahaan adalah hal-hal yang terkait dengan wirausaha. Sedangkan wira berarti keberanian dan usaha berarti kegiatan bisnis yang komersial atau non-komersial, Sehingga kewirausahaan dapat pula diartikan sebagai keberanian seseorang untuk melaksanakan suatu kegiatan bisnis.
Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007 : 18).
Pengertian kewirausahaan relatif berbeda-beda antar para ahli/sumber acuan dengan titik berat perhatian atau penekanan yang berbeda-beda, diantaranya adalah:
1.      Menurut Harvey Leibenstein (1968, 1979), mengemukakan, kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.
2.      Menurut Penrose (1963) : Kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitas kewirausahaan.
3.      Menurut Frank Knight (1921) : Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar. Definisi ini menekankan pada peranan wirausahawan dalam menghadapi ketidakpastian pada dinamika pasar. Seorang worausahawan disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti pengarahan dan pengawasan.
Para usahawan / enterpreuner mempunyai tujuan dalam berwirausaha, diantaranya:
membangkitkan semangat masyarakat Indonesia khusunya generasi muda atau mahasiswa, untuk ikut menciptakan lapangan kerja dengan berwirausaha, tidak hanya menjadi pencari kerja (job seeking). Dengan dilandasi semangat nasionalisme bahwa bangsa Indonesia harus mampu bersaing dikancah percaturan perekonomian dunia, maka akan banyak mahasiswa yang termotivasi untuk meningktakan kualitas dirinya dan mencetuskan ide-ide kretaif dalam bidang kewirausahaan yang berdaya saing tinggi.
Tujuan para usahawan / enterpreuner, apabila sebuah negara yang memiliki wirausahawan banyak tentunya akan mendapatkan penghasilan yang besar dari sektor pajak, atas kegiatan ekonomi yang mereka lakukan, coba bayangkan apabila suatu negara terlalu banyak pegawai negeri sipil yang kurang atau bahkan tidak produktif, maka mereka setiap bulan memakan anggaran negara untuk menggaji mereka, namun sumbangsih mereka pada perekonimian nasional sangat minim baik dari segi pajak maupun tingkat konsumsi.
Selanjutnya ditinjau dari segi GNP (Gross National Product), apabila semakin banyak uang yang dihasilkan oleh putra-putri bangsa Indonesia, karena berwirausaha maka uang yang dihasilkan berpeluang semakin besar, berbeda dengan gaji yang nominalnya relatif tetap. Akan meningkatkan GNP yaitu keseluruhan barang dan jasa yang diproduksi warga negara penduduk tersebut dimanapun berada (di dalam dan luar negeri), dengan meningkatkan GNP ini akan semakin memperkuat ekonomi nasional secara makro, dan mempercepat roda pembangunan nasional, karena ketersediaan anggaran semakin meningkat.
Dari beberapa dampak positif kewirausahaan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan bertujuan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dan secara umum meningkatkan harkat dan martabat pribadi wirausahawan serta bangsa dan negara, dengan pengetahuan tersebut diharapkan akan semakin banyak warga negara Indonesia khusunya mahasiswa yang terjun dalam dunia usaha, namun perlu diperhatikan dalam berusaha harus mengedepankan kejujuran, sehingga apa yang dihasilkan dapat bermanfa’at bagi masyarakat luas.

1.      Pengertian Sosial Enterpreuner
Sosial enterpreuner melihat masalah sebagai peluang untuk membentuk sebuah model bisnis baru yang bermanfaat bagi pemberdayaan masyarakat sekitar. Hasil yang ingin dicapai bukan keuntungan materi atau kepuasan pelanggan, melainkan bagaimana gagasan yang diajukan dapat memberikan dampak baik bagi masyarakat. Mereka seperti seseorang yang sedang menabung dalam jangka panjang karena usaha mereka memerlukan waktu dan proses yang lama untuk dapat terlihat hasilnya.
Tujuan menjadi wirausaha sosial (social entrepreneur) adalah semata-mata bukan untuk menjadi kaya. Kewirausahaan sosial sejatinya adalah cara melatih kepekaan untuk berbagi terhadap sesama. "Kaya adalah akibat, bukan tujuan. Kaya adalah hasil dari kerja keras kita. Tapi dalam kewirausahaan sosial, inovasi milik Steve Jobs dan Bill Gates digabung dengan kemurahan hati Bunda Theresa," kata Rhenald Kasali, Ketua Umum Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia (AKSI) di acara Forum Wedangan yang diselenggarakan Jaringan Rumah Usaha.
2.      Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik kepada terdidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju kepribadian yang lebih baik, yang pada hakikatnya mengarah pada pembentukan manusia yang ideal. Manusia ideal adalah manusia yang sempurna akhlaqnya.
Agama islam adalah agama universal yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan baik kehidupan yang sifatnya duniawi maupun yang sifatnya ukhrawi. Salah satu ajaran Islam adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan pendidikan, karena dengan pendidikan manusia dapat memperoleh bekal kehidupan yang baik dan terarah.
Adapun yang dimaksud dengan pendidikan Islam sangat beragam, hal ini terlihat dari definisi pendidikan Islam yang dikemukakan oleh beberapa tokoh pendidikan berikut ini:
a.       Menurut Hasan Langgulung yg dikutip oleh Djamaluddin (1999) Pendidikan Islam ialah pendidikan yg memiliki empat macam fungsi yaitu :
·         Menyiapkan generasi muda utk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yg akan datang. Peranan ini berkaitan erat dgn kelanjutan hidup masyarakat sendiri.
·         Memindahkan ilmu pengetahuan yg bersangkutan dgn peranan-peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda.
·         Memindahkan nilai-nilai yg bertujuan utk memilihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yg menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat dan peradaban.
·         Mendidik anak agar beramal di dunia ini utk memetik hasil di akhirat.

b.      Prof.Dr. Omar Mohammad At-Toumi Asy-Syaibany mendefinisikan pendidikan islam sebagai proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat. (Asy-Syaibany, 1979: 399)
Pengertian tersebut memfokuskan perubahan tingkah laku manusia yang konotasinya pada pendidikan etika. Selain itu, pengertian tersebut menekankan pada aspek-aspek produktivitas dan kreatifitas manusia dalam peran dan profesinya dalam kehidupan masyarakat dan alam semesta.
c.       Dr. Muhammad SA Ibrahimy (Bangladesh) mengemukakan pengertian pendidikan islam sebagi berikut:
Pendidikan dalam pandangan yang sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran islam.
Pengertian itu mengacu pada perkembangan kehidupan manusia masa depan tanpa menghilangkan prinsip-prinsip islami yang diamanahkan oleh Allah kepada manusia, sehingga manusia mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupnya seiring dengan perkembangan iptek.


d.      Dr. Muhammad Fadhil Al-Jamali
Memberikan pengertian pendidikan islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia untk lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan.
Dari pengertian diatas, pendidikan Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) agar dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologis atau gaya pandang umat islam selama hidup di dunia.
Adapun pengertian lain pendidikan islam secara alamiah adalah manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan sampai meninggal, mengalami proses tahap demi tahap. Demikian pula kejadian alam semesta ini diciptakan Tuhan melalui proses setingkat demi setingkat, pola perkembangan manusia dan kejadian alam semesta yang berproses demikian adalah berlangsung di atas hukum alam yang ditetapkan oleh Allah sebagai “sunnatullah”.

B.     JIWA KEWIRAUSAHAAN
Untuk menumbuhkan jiwa wirausaha yang tangguh pada diri seseorang memang membutuhkan waktu yang terbilang lama serta dibutuhkan kesabaran untuk selalu mengasahnya. Jiwa entrepreneurship atau jiwa wirausaha memang dapat diupayakan untuk dikembangkan  serta dibekalkan pada seseorang (terutama pada pemuda) untuk menguatkan mental seseorang tentang entrepreneurship. Cara yang sering ditempuh untuk menumbuhkan jiwa wirausaha yaitu dengan mengikuti seminar-seminar umum tentang kewirausahaan.
Jiwa wirausaha adalah jiwa kemandirian untuk mencari sebuah sumber penghasilan dengan membuka usaha ataupun menyalurkan kreatifitas yang dimiliki sesorang untuk kemudian dijadikan sebuah lahan untuk mencari penghasilan, jiwa kewirausahaan ditanamkan sejak seseorang mulai sadar bahwa uang itu penting dan seseorang tersebut memeliki keterampilan atau sesuatu hal seperti barang atau jasa yang bisa dijual, sesorang akan belajar untuk lebih mandiri, berfikir kritis, dan maju apabila ditanamkan jiwa kewirausahaan sejak dini, kerena dia akan berfikir tentang bagaimana mengolah hasil dari keterampilan ataupun hasil pembelajaran yang selama ini dia lakukan untuk dijadikan sebuah karya yang dapat dijual, entah itu makanan, pakaian, jasa, atau barang-barang lain.
1.      Karakter Kewirausahaan
Kegiatan wirausaha tidak dapat dilepaskan dari unsur individu wirausahawan itu sendiri. Maju mundurnya usaha wirausahawan akan sangat ditentukan oleh inisiatif, gagasan, dan inovasi, karya, dan kreatifitas serta berpikir positif. Keberhasilan wirausaha dicapai apabila wirausahawan menggunakan gagasan terhadap produk, proses, dan jasa-jasa inovasi sebagai alat untuk mengendalikan perubahan.
Menurut Gede Pratama, ada beberapa sifat dasar yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha diantaranya :
·         Wirausaha adalah seorang pencipta perubahan (the change creator)
·         Wirausaha selalu melihat [erbedaan sebagai peluang
·         Wirausaha selalu bereksperimen dengan pembaharuan
·         Wirausaha adalah seorang pakar tentang dirinya
·         Wirausaha melihat pengetahuan dan pengalaman hanyalah alat untuk memacu  kreativitas
·          Wirausaha berani memaksa diri untuk menjadi pelayan bagi orang lain
Pendapat lain M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer mengemukakan delapan karakteristik yang meliputi :
a)      Memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya.
b)      Lebih memilih risiko yang moderat.
c)      Percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil
d)     Selalu menghendaki umpan balik yang segera
e)      Berorientasi ke masa depan, perspektif, dan berwawasan jauh ke depan
f)       Memiliki semangat kerja dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik .
g)      Memiliki ketrampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah
h)      Selalu menilai prestasi dengan uang.
2.      Manajemen Pendidikan Islam (PI) Berbasis Sosial Enterpreuner (SE)

Wirausaha selalu komitmen dalam melakukan tugasnya sampai berhasil. Ia tidak setengah-setengah dalam melakukan pekerjaannya. Ia berani mengambil resiko terhadap pekerjaannya karena sudah diperhitungkan artinya risiko yang di ambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi risiko yang didukung oleh komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai ada hasil. Hasil-hasil ini harus nyata/jelas dan objektif dan merupakan umpan balik bagi kelancaran kegiatannya. Dengan semangat optimis yang tingggi karena ada hasil yang diperoleh, maka uang selalu dikelolah secara proaktif dan dipandang sebagai sumber daya.
Dalam manajemen pendidikan islam (PI) berbasis sosial enterpreuner (SE) adalah Pendidikan Islam adl jenis pendidikan yg pendirian dan penyelenggaraan didorong oleh hasrat dan semangat cita-cita utk mengejewantahkan nilai-nilai Islam baik yg tercermin dalam nama lembaga maupun dalam kegiatan-kegiatan yg diselenggarakan (Soebahar 2002: 13). Jadi selain anak atau siswa paham dalam bidang agama juga dapat berwirausaha secara syariat agama islam. Karena dalam tiap aktivitas manusia sebagai instrumen transformasi ilmu pengetahuan budaya dan sebagai agen perubahan sosial pendidikan memerlukan satu landasan fundamental atau basik yg kuat.
Adapun untuk menjadi wirausaha yang berbasis islam maka harus didasarkan pada al-qur’an dan hadits, yaitu:
·         Al-Qur’an
Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yg disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalam terkandung ajaran pokok yg dapat dikembangkan utk keperluan aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yg terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip besar yaitu yg berhubungan dgn masalah keimanan yg disebut aqidah dan yg berhubungan dgn amal disebut syari’ah. Oleh krn itu pendidikan Islam harus menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber dalam merumuskan berbagai teori tentang pendidikan Islam sesuai dgn perubahan dan pembaharuan (Darajat 2000: 19).
·         As-Sunnah
As-Sunnah ialah perkataan perbuatan ataupun pengakuan rasul. Yang di maksud dgn pengakuan itu ialah kejadian atau perbuatan orang lain yg diketahui oleh Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur’an yg juga sama berisi pedoman utk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspek utk membina umat menjadi manusia seutuh atau muslim yg bertaqwa. Untuk itulah rasul Allah menjadi guru dan pendidik utama. Maka dari pada itu Sunnah merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi manusia muslim dan selalu membuka kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebab mengapa ijtihad perlu ditingkatkan dalam memahami termasuk yg berkaitan dgn pendidikan. As-Sunnah juga berfungsi sebagai penjelasan terhadap beberapa pembenaran dan mendesak utk segara ditampilkan yaitu :
o   Menerangkan ayat-ayat Al-Qur’an yg bersifat umum
o   Sunnah mengkhitmati Al-Qur’an.
·         Ijtihad
Ijtihad adl istilah para fuqoha yaitu berfikir dgn menggunakan seluruh ilmu yg dimiliki oleh ilmuan syari’at Islam utk menetapkan atau menentukan sesuatu hukum syara’ dalam hal-hal yg ternyata belum ditegaskan hukum oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Namun dgn demikian ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan tetapi tetap berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah. Oleh krn itu ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukum Islam yg sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah rasul Allah wafat. Sasaran ijtihad ialah segala sesuatu yg diperlukan dalam kehidupan yg senantiasa berkembang. Ijtihad dalam bidang pendidikan sejalan dgn perkembangan zaman yg semakin maju bukan saja dibidang materi atau isi melainkan juga dibidang sistem. Secara substansial ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah yg diolah oleh akal yg sehat dari para ahli pendidikan Islam.
·         Al-Kaun
Maksud Allah menurunkan ayat kauniyah tersebut yaitu utk mempermudah pemahaman manusia terhadap lingkungan sekitar sehingga dapat mengakui kebesaran seperti yg terdapat dalam Al-Qur’an surat Ar- Ra’du ayat 3 yg artinya:
“Dialah Tuhan yg mmembentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung sungai-sungai padanya. Dia menjadikan pada buah-buahan berpasang-pasangan. Allah jualah yg menutup malam kepada siang sesungguh pada yg demikian itu terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yg berfikir”
Berdasarkan firman Allah di atas bahwa tiap orang berfikir harus mengakui kebesaran Allah dan hal ini relevan utk dijadikan dasar dalam pendidikan Islam dan sosial enterpreunersesuai dengan perkembangan zaman.
3.      Ciri-ciri yang Dijiwai Sosial Enterpreuner (SE)
Dalam ajaran Islam, ada beberapa sifat cirri-ciri yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha, yaitu :
a.    Sifat takwa, tawakal, dzikir dan syukur: Sifat-sifat di atas harus benar-benar
dilaksanakan dalam kehidupan (praktek bisnis) sehari-hari. Ada jaminan dari Allah bahwa: Barang sapa yang takwa kepada Allah, maka Allah akan mengadakan baginya jalan keluar, dan Allah memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Tawakal ialah suatu sifat penyerahan diri kepada Allah secara aktif, tidak cepat menyerah. Berdzikir artinya selalu menyebut Asma Allah dalam hati dengan merendahkan diri dan rasa takut serta tidak mengeraskan suara dalam segala keadaan. Selalu ingat Allah membuat hati menjadi tenang, segala usaha dapat dilakukan dengan kepala dingin dan lancar. Selain itu rasa syukur juga akan membuat hati menjadi tenang, ungkapan rasa syukur ini dapat dilakukan baik secara diam-diam dalam hati maupun diucapkan dengan lisan atau dalam bentuk perbuatan. Selalu bersyukur dengan apa yang kita dapatkan, selalu menyebut Asma Allah dalam segala bentuk aktivitas.
b.    Jujur, Dalam suatu hadis dinyatakan: Kejujuran itu akan membawa ketenangan dan ketidakjujuran akan menimbulkan keragu-raguan (HR. Tirmidzi). Jujur dalam segala kegiatan bisnis, menimbang, mengukur, membagi, berjanji, membayar hutang, jujur dalam berhubungan dengan orang lain akan membuat ketenangan lahir dan batin. Dengan jujur, maka akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain atau pelanggan.
c.    Niat suci dan ibadah, Bagi seorang muslim melakukan bisnis adalah
dalam rangka ibadah kepada Allah. Demikian pula hasil yang diperoleh dalam bisnis akan dipergunakan kembali di jalan Allah.
d.    Adzan dan bangun lebih pagi, Rasulullah telah mengajarkan kepada umatnya,
agar mulai bekerja sejak pagi hari, selesai sholat subuh, jangan kamu tidur, bergeraklah, carilah rizki dari Tuhanmu. Para malaikat akan turun dan membagi rizki sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.orang jawapun juga mengatakan bahwa “wunggu ingkang gasik supoyo lancer rejekinipun”.
e.    Toleransi, tenggang rasa, tepo seliro, lamat diawak katuju diurang (Minang) harus dianut oleh orang-orang yang bergerak dalam bidang bisnis. Dengan demikian tampak orang bisnis itu supel, mudah bergaul, komunikatif, praktis,
tidak banyak teori, fleksibel, pandai melihat situasi dan kondisi, toleransi terhadap
langganan, dan tidak kaku.
f.     Berzakat dan berinfaq, Mengeluarkan zakat dan infaq harus menjadi
budaya muslim yang bergerak dalam bidang bisnis. Harta yang dikelola dalam bidang bisnis, laba yang diperoleh harus disisihkan sebagian untuk membantu anggota masyarakat yang membutuhkan. Dalam ajaran Islam sudah jelas bahwa harta yang dizakatkan dan diinfaqkan tidak akan hilang, melainkan menjadi tabungan yang berlipat ganda baik di dunia maupun diakhirat. Sebuah
hadis yang diriwayatkan oleh Muslim menyatakan :
“Tidaklah harta itu akan berkurang karena disedekahkan dan Allah tidak akan
menambahkan orangyang suka memberi maaf kecuali kemuliaan. Dan tidaklah seorang yang suka merendahkan diri karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatnya. Dalam sebuah hadis Qudsi Allah berfirman, yang artinya:
“Berinfaqlah kamu, niscaya Allah akan memberi belanja kepadamu” (Muttafaq ‘Alaih).
Al Qur’an menyatakan : Barang siapa yang takwa kepada Allah, niscaya Allah akan memberi jalan keluar baginya. Dan Allah memberi rizki dari arah atau sumber yang tidak disangka-sangka. (QS. At Thalaq : 2-3).
Dengan infak dan shodaqoh justru akan menambah harta bukan menjadikan miskin harta.
g.    Silaturrahmi, Orang bisnis seringkali melakukan silaturrahmi dengan partner bisnisnya ataupun dengan langganannya. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam bahwa seorang Islam harus selalu mempererat silaturrahmi satu sama lain.
Manfaat silaturrahmi ini di samping mempererat ikatan persaudaraan, juga sering kali membuka peluang-peluang bisnis yang baru. Hadis Nabi menyatakan :
Siapa yang ingin murah rizkinya dan panjang umurnya, maka hendaklah ia mempererat hubungan silaturrahmi (HR. Bukhari).
Kegiatan produksi saat ini sudah menggunakan mesin yang serba canggih, tidak dapat dilakukan oleh orang-orang awam, akan tetapi harus menggunakan manajemen yang baik. Haruslah seorang wirausaha yang akan mengurusnya, sebab segala sesuatu urusan akan hancur apabila diurus oleh orang yang bukan ahlinya. Seperti dinyatakan dalam hadis berikut:
“Apabila urusan di serangkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya (HR. Bukhari).



C.    PENDIDIKAN ISLAM (PI) BERBASIS SOSIAL ENTERPREUNER (SE)
Sejatinya sebuah pendidikan, bukan sekedar formalitas yang berisi proses belajar mengajar, tetapi juga transfer ilmu pengetahuan aktual yang dibutuhkan oleh siswa di masa mendatang. Mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan hingga bangku perguruan tinggi adalah sebuah karunia luar biasa yang patut disyukuri. Tidak sedikit saudara kita yang jangankan untuk bersekolah, membiayai kebutuhan hidupnya sehari-hari masih kesulitan. Padahal, pendidikan adalah salah satu pilar yang menyokong nahkoda suatu bangsa di masa mendatang.
Dalam dunia pendidikan mampu menggerakkan mahasiswa bukan hanya bergerak mencari ilmu dan mencari pekerjaan saja tetapi juga pendidikan menerapkan bagaimana menjadi mahasiswa yang kreatif dan mampu berwirausaha menciptakan inovasi.
1.        Mendorong Kemandirian Pendidikan Islam (PI)
Sebuah upaya menjadi muslim mandiri memerlukan adanya berbagai bekal yang harus ada, ketika berada di tengah perjalananpun tentu ada halangan yang menghadang. Karena itu muslim mandiri adalah sebuah cita-cita bagi setiap muslim, bagaimana ia dapat berislam sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wa Salam dan orang-orang yang mengikutinya. Dia juga dapat beribadah sesuai dengan contoh Nabi yang muncul dari kesadaran diri, serta ia dapat berfikir dengan landasan yang kuat sebagai hasil dari keilmuan yang dimiliknya.
Di antara bekal yang harus dimiliki tersebut adalah ilmu. Ilmu yang berkaitan dengan keyakinan aqidah Islam. Ia merupakan pondasi dalam membina bangunan Islam yang kokoh. Dengannya Islam berdiri tegak, dan dengannya pula ibadah dapat terlaksana dengan bimbinganNya.
Seorang muslim mandiri akan membekali dirinya dengan bekal ilmu yang shahih dan dengannya ia mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Selain itu dalam beribadah juga ia tidak terikat dengan aturan-aturan yang dibuat oleh manusia, apalagi tanpa adanya dalil yang dijadikan sandaran.
Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al-Imran: 139, yang artinya:
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”
Beriman yang dimaksud adalah beriman yang muncul dan timbul dari dalam hati sanubari seseorang, bukan karena makhluk lainnya. Muslim mandiri adalah cita-cita luhur yang ingin mengantarkan setiap muslim untuk dapat menghujamkan seluruh keyakinannya ke dalam hati pemiliknya, ia membebaskan dan melepaskan diri dari berbagai pemikiran manusia yang membawa kepada pendapat pribadi atau golongan. Ia mengembalikan setiap pendapat yang shahih kepada para ahlinya. Demikian pula ia berusaha untuk dapat menumbuhkan kesadaran diri bahwa manusia adalah lemah di hadapanNya.
Muslim mandiri menginginkan adanya sebuah sikap keagamaan di atas pemahaman yang tumbuh dari perjuangan dengan bekal ilmu yang telah ditetapkan oleh Islam, ia tidak mungkin ada tanpa adanya kebebasan untuk memilih sesuai dengan pemahamannya.
Menjadi muslim mandiri juga mendambakan persatuan umat islam. Sebagaimana sesuai Q.S Al-Imran: 103 yang artinya:
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai….”
Tali Allah yang kokoh adalah Al-Islam dengan segala syariatNya, maka kewajiban kita untuk berpegang teguh padanya.
Seorang muslim mandiri berusaha untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang dapat mencerai-beraikan barisan kaum muslimin. Bahkan ia seharusnya menjadi orang-orang yang terdepan di dalam memperjuangkan persatuan kaum muslimin.
Menjadi muslim yang mandiri juga tak lupa untuk beribadah yaitu ibadah yang disandarkan kepada perbuatan, perkataan dan hal-hal yang didiamkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa salam yang dilakukan oleh para shahabat beliau, selain itu maka harus ada dasarnya yang kuat. Dan ibadah tersebut dilakukan dengan kesadaran diri yang penuh bukan hanya mengikuti orang lain yang beribadah tanpa mengetahui dasarnya, atau ibadah tersebut dilakukan bukan karena Allah ta'ala melainkan ada unsur riya, sum'ah dan ingin mendapatkan kehidupan duniawi saja. Jadi, untuk menjadi seorang enterpreuner yang berbasis pendidikan islam dengan melakukan semua kegiatan yang di sunnahkan Nabi Muhammad dan juga tak lupa untuk selalu beribadah.
2.         Memotivasi Etos Kerja Guru dan karyawan
Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang professional dan berkualitas. Dengan kata lain, perbaikan kualitas pendidikan harus berpangkal dari guru dan berujung padaguru pula. Namun demikian, posisi strategi untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi juga oleh kinerja guru. Istilah kinerja menurut kamus bahasa Indonesia, mengartikan kinerja adalah apa yang telah dicapai, prestasi kerja yang terlihat, atau kemampuan kerja.
Ada empat faktor yang dapat menimbulkan motivasi kerja guru yaitu :
1)             Dorongan untuk bekerja
Seseorang akan melaksanakan suatu pekerjaan tertentu, dimaksudkan sebagai upaya merealisir keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhan yang ada.
2)           Tanggung jawab terhadap tugas
Sebagai konsekuensi atas jabatan yang diemban guru, maka seorang guru akan mempunyai sejumlah tugas yang harus dilakukan sesuai dengan jabatannya, tugas ini berkaitan dengan kualitas dan kuantitas yang diberikan guru. Motivasi kerja guru dalam memenuhi kebutuhannya akan ditentukan oleh besar kecilnya tanggung jawab yang ada dalam melaksanakan tugasnya. Tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas di sekolah, ditandai dengan upaya tidak segera puas atas ahsil yang dicapainya. Selalu mencari cara-cara baru guna mengatasi setiap hambatan yang ada dan mengadakan penyempurnaan-penyempurnaan cara melaksanakan secara baik, dan merasa malu apabila ternyata kegiatan-kegiatan yang dilakukan itu gagal / tidak dapat dilakukan.
3)       Minat terhadap tugas
Besar kecilnya minat guru terhadap tugas yang akan mempengaruhi kadar atau motivasi kerja guru mengembangkan di sekolah. Hadar Nawawi mengatakan bahwa minat dan kemampuan terhadap suatu pekerjaan berpengaruh pula terhadap moral kerja.

4)            Penghargaan atas tugas
Penghargaan atas suatu jabatan atas keberhasilan yang dicapai guru dalam bekerja merupakan salah satu motivasi yang mendorongnya bekerja. Karena penghargaan, penghormatan, pengakuan sebagai subyek yang memiliki kehendak, pilihan, perasaan dan lain-lain sangat besar pengaruhnya terhadp kerja seorang guru.
Dengan adanya penghargaan ini dapat memberikan kepuasan kepada guru sehingga menyebabkan mereka bekerja lebih giat lagi. Apabila guru menghargai terhadap tugas-tugas tersebut maka guru yang bersangkutan dalam bekerjanya diwarnai oleh rasa cinta dan bangga sehingga memungkinkan mereka mengoptimalkan pola kerjanya.
Pada garis besarnya kinerja guru dibagi menjadi dua, yaitu : kinerja guru dalam mendesain program pengajaran dan kinerja guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
3.        Meningkatkan Mutu Pendidikan Islam
Banyak sekolah yang hanya mengutamakan kuantitas, bukan mengutamakan kualitas pendidikan. Bagaimana Indonesia dapat seperti Negara-negara maju seperti yang lain? Jika hanya mengutamakan kuantitas agar lebih kelihatan banyak murid, mungkin dapat dikatakan untuk bisnis guru asal ngajar tanpa ada perubahan behaviorism pada diri siswa. Ada empat hal dalam meningkatkan kualitas pendidikan:
a.    Peran Masyarakat dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Prof. Hargraves (dalam Tilaar, Kebijakan Pendidikan, 2009) menyatakan bahwa ilmu pendidikan mandeg dan tidak berkembang karena tidak mendapatkan input dari praktik pendidikan. Oleh sebab itulah ilmu pendidikan termasuk pendidikan Islam hanya berada pada tataran idealistik belaka tanpa teruji di lapangan. Dengan sendirinya banyak kebijakan pendidikan di Indonesia bukan ditentukan oleh data dan informasi di lapangan, tetapi berdasarkan subyektivitas karena menggunakan epistema-epistema ilmu lainnya yang tidak relevan dengan kebutuhan peserta didik.
Sejarah berdirinya madrasah seperti diketahui adalah lembaga pendidikan yang lahir dari masyarakat. Inisiatif dan kemandirian disatu pihak, kebersamaan dan partisipasi masyarakat dilain pihak merupakan ciri khas munculnya madrasah. Sesuai dengan jiwa desentralisasi yang menyerap aspirasi dan partisipasai masyarakat dalam pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan, masyarakat dituntut untuk memiliki kepedulian yang tinggi memperhatikan lembaga pendidikan yang berada di lingkungan setempat. Hal ini dapat menumbuhkan sikap kepemilikan yang tinggi dengan memberikan kontribusi baik dalam bidang material, kontrol manajemen, pembinaan, serta bentuk partisipasi lain dalam rangka meningkatkan eksistensi madrasah yang selanjutnya menjadi kebanggaan lingkungan setempat melalui peningkatan kualitas penyelenggaraannya.
b.        Penguatan Kepala Sekolah / Madrasah / Guru
Pentingnya setiap lembaga pendidikan memiliki guru dan kepala sekolah yang berkualitas seharusnya sudah menjadi kesadaran kita bersama. Jika tujuan sistem pendidikan yang dirancang dan diarahkan untuk menciptakan siswa (lulusan) yang berkualitas dan berprestasi tinggi (higher student achievement), kita dengan dibantu data pendidikan tersedia seharusnya sudah dapat mengidentifikasi unsur-unsur yang mampu mendukung/menopang pencapaian tujuan tersebut.
Meskipun banyak hasil studi yang mengungkapkan peran sentral guru dalam menunjang pencapaian tujuan pendidikan (educational attainment), perhatian para petinggi/pengelola kebijakan pendidikan pada tingkat pusat dan daerah terhadap pembangunan kapasitas guru masih setengah hati. Oleh karena itu, pemerintah sudah harus punya kebijakan tentang guru dan kepala sekolah yang lebih komprehensif, jelas (clear), dan terukur ke depan.
Standar kompetensi guru terdiri dari kompetensi pedagogik, kepribadian, professional dan sosial. Dalam disiplin ilmu psikologi kompetensi kepribadian dan sosial termasuk dalam kategori kompetensi emosional.   Kompetensi emosional mengarah pada kecakapan antar individu (personal skills) dan kecakapan sosial (social skills) yang dapat mendukung kearah unjuk kerja terbaik. Kecerdasan emosional adalah "engine" dari kompetensi emosional yang membuat individu mampu mengenali secara akurat perasaan orang lain guna mengembangkan kecakapan mempengaruhi (influence) dan berprestasi (Achievement drive). Oleh karena itu untuk memprediksi unjuk kerja individu kita perlu mengenal dan mengukur kompetensi emosional yang merupakan fondasi dari kompetensi sosial, kepribadian termasuk soft skills.
c.         Peningkatan Soft Skills Kepala Sekolah / Madrasah dan Guru
Kecakapan pendukung  atau SS tidak semata-mata berwujud kemampuan berkomunikasi secara langsung (verbal dan non verbal) dengan orang lain, namun juga berupa kemampuan menampilkan diri secara maksimal yang kemudian dapat "menular" kepada rekan sejawat, serta memberi kesan positif  kepada  orang lain yang berinteraksi kerja dengannya.  Bahkan kekuatan SS niscaya bisa diperluas tidak hanya bermanfaat untuk dunia usaha, tetapi juga bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara termasuk di dalam mengelola dan menjalankan roda pemerintahan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa beragam pekerjaan yang berhubungan dengan orang lain sesungguhnya membutuhkan keterlibatan SS
Ada 3 unsur dalam meningkatkan SS (soft skills) Kepala sekolah / madrasah dan guru yaitu Penampilan  yang terlihat dari unsur  pertama yakni  senantiasa melakukan prakarsa (initiative), berkemauan keras untuk meraih prestasi (achievement drive), dan mudah untuk beradaptasi (adaptability). Semakin kuat tampilan ketiga unsur kecakapan tersebut dimiliki utuh oleh seseorang, semakin besar pula porsi keberhasilan unjuk kerjanya.
d.        Penilaian Baku Kinerja Kepala sekolah / Madrasah dan Guru
Sistem penilaian unjuk kerja (performance appraisal system) untuk guru dan kepala sekolah perlu diberlakukan dengan kaidah SMART (sepesific, measurable, achieveable dan time bounded). Kepiawaian guru dalam mengelola kelas dan kepala sekolah dalam mengelola sumber-sumber daya pendiidkan baru dapat dikatakan sukses apabila KPI atau indikator unjuk kerja kunci tersusun secara SMART. jelas, transparan, terbuka dan fair. Tiadanya alat dan tolok ukur yang pasti dan disepakati bersama atas keberhasilan unjuk kerja (KPI= Key Performance Indicator) membuat kesimpangsiuran atas tepat tidaknya proses (the how) dan hasil (the what) unjuk kerja guru dan kepala sekolah. Sasaran kerja dibuat bersama diawal tahun ajaran akademik oleh pengawas (Atasan langsung). Contoh sasaran pencapaian yakni peningkatan penguasaan materi pelajaran (content knowledge) bahasa Inggris para guru madrasah dengan menggunakan TOEIC (test of english for international communication) dari  semula dibawah skor 245 (setara elementary) menjadi diatas skor 245 (intermediate). Sasaran dibuat secara individu dan terdiri dari sejulah sasaran tujuan yang dispekati bersama. Penilaian kinerja semacam ini akan mengukur dan menilai tingkat keberhasilan kegiatan guru/kepala sekolah tidak hanya dari sisi hasil (the what) tetapi juga cara (the how) memperoleh hasil yang diperoleh, dibuat di lembaran-lembaran terpisah (what & how). Proses dalam mencapai tujuan yang ditetapkan berkaitan dengan nilai-nilai etika dan moralitas sebagai tenaga pendidikan dalam meraih sasaran tujuan.











D.    KESIMPULAN MENINGKATKAN MUTU

wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007 : 18).
Tujuan menjadi wirausaha sosial (social entrepreneur) adalah semata-mata bukan untuk menjadi kaya. Kewirausahaan sosial sejatinya adalah cara melatih kepekaan untuk berbagi terhadap sesama. "Kaya adalah akibat, bukan tujuan. Kaya adalah hasil dari kerja keras kita. Tapi dalam kewirausahaan sosial, inovasi milik Steve Jobs dan Bill Gates digabung dengan kemurahan hati Bunda Theresa," kata Rhenald Kasali,
Pendidikan Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) agar dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologis atau gaya pandang umat islam selama hidup di dunia.
Jiwa wirausaha adalah jiwa kemandirian untuk mencari sebuah sumber penghasilan dengan membuka usaha ataupun menyalurkan kreatifitas yang dimiliki sesorang untuk kemudian dijadikan sebuah lahan untuk mencari penghasilan, jiwa kewirausahaan ditanamkan sejak seseorang mulai sadar bahwa uang itu penting dan seseorang tersebut memeliki keterampilan atau sesuatu hal seperti barang atau jasa yang bisa dijual, sesorang akan belajar untuk lebih mandiri, berfikir kritis, dan maju apabila ditanamkan jiwa kewirausahaan sejak dini, kerena dia akan berfikir tentang bagaimana mengolah hasil dari keterampilan ataupun hasil pembelajaran yang selama ini dia lakukan untuk dijadikan sebuah karya yang dapat dijual, entah itu makanan, pakaian, jasa, atau barang-barang lain.
M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer mengemukakan delapan karakteristik yang meliputi :
1.      Memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya.
2.      Lebih memilih risiko yang moderat.
3.      Percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil
4.      Selalu menghendaki umpan balik yang segera
5.      Berorientasi ke masa depan, perspektif, dan berwawasan jauh ke depan
6.      Memiliki semangat kerja dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik .
7.      Memiliki ketrampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah
8.      Selalu menilai prestasi dengan uang.
Dalam manajemen pendidikan islam (PI) berbasis sosial enterpreuner (SE) adalah Pendidikan Islam adl jenis pendidikan yg pendirian dan penyelenggaraan didorong oleh hasrat dan semangat cita-cita utk mengejewantahkan nilai-nilai Islam baik yg tercermin dalam nama lembaga maupun dalam kegiatan-kegiatan yg diselenggarakan (Soebahar 2002: 13). Adapun untuk menjadi wirausaha yang berbasis islam maka harus didasarkan pada al-qur’an dan hadits.
Banyak cara untuk meningkatkan mutu pendidikan islam di negara tercinta kita ini, dalam meningkatkan kualitas atau mutu pendidikan islam maka dibutuhkan kualitas guru yang professional juga. Ada empat komponen dalam meningkatkan mutu pendidikan islam yaitu:
1.    Peran masyarakat terhadap pendidikan islam, jadi bukan hanya sekolah umum saja yang maju tapi pendidikan islam juga maju.
2.    Penguatan kompetensi kepala sekolah / madrasah dan guru, ada 4 penilaian untuk menjadi seorang kepala sekolah / madarasah maupun guru yaitu pedagogic, kepribadian, professional dan sosial.
3.    Peningkatan soft skills kepala sekolah / madarsah dan guru, seperti penjelasan sebelumnya (no.2), apakah kepala sekolah / madrasah atau guru sudah memenuhi kompetensi 4 (pedagogic, kepribadian, professional, dan sosial).
4.    Penilaian kinerja kepala sekolah / madrsah dan guru, setiap tahun ada evaluasi guna meningkatkan kualitas sekolah / madrasah sudah sesuai atau belum.




DAFTAR PUSTAKA

Zuhaerini. Metodik Khusus Pendidikan Agama. 1983. Surabaya : Usaha Nasional.

Drajat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam. 1992. Jakarta : Bumi Aksara

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam. 2005. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Riyanto, Yatim.. Pengembangan Kurikulum dan Seputar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 2006. IKAPI : Universiti Press.
Shaleh, Abdul, Rahman. Pendidikan Agama dan Pembangunan Untuk Bangsa. 2005. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sutaryo.  Sosiologi Komunikasi. 2005. Yogyakarta: Arti Bumi Intaran

Syafaruddin. Menejemen Lembaga Pendidikan Islam. 2005. Ciputat Press


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pihak yang terlibat dalam Pengembangan Kurikulum

strategi marketing mix " Cappucino Cincau"

CONTOH JOBS DESCRIPTION KEPANITIAN