KEWIRAUSAHAAN
A.
PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN
Secara
harfiah Kewirausahaan terdiri atas kata dasar wirausaha yang mendapat awalan
ked an akhiran an, sehingga dapat diartikan kewirausahaan adalah hal-hal yang
terkait dengan wirausaha. Sedangkan wira berarti keberanian dan usaha berarti
kegiatan bisnis yang komersial atau non-komersial, Sehingga kewirausahaan dapat
pula diartikan sebagai keberanian seseorang untuk melaksanakan suatu kegiatan
bisnis.
Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah
orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai
kesempatan Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani
memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi
tidak pasti. (Kasmir, 2007 : 18).
Pengertian kewirausahaan relatif berbeda-beda antar para
ahli/sumber acuan dengan titik berat perhatian atau penekanan yang
berbeda-beda, diantaranya adalah:
1. Menurut Harvey Leibenstein (1968, 1979), mengemukakan,
kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk menciptakan
atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum
teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui
sepenuhnya.
2. Menurut Penrose (1963) : Kegiatan kewirausahaan mencakup
indentifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial
berbeda dengan kapasitas kewirausahaan.
3. Menurut
Frank Knight (1921) : Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi
perubahan pasar. Definisi ini menekankan pada peranan wirausahawan dalam
menghadapi ketidakpastian pada dinamika pasar. Seorang worausahawan disyaratkan
untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti pengarahan dan
pengawasan.
Para usahawan /
enterpreuner mempunyai tujuan dalam berwirausaha, diantaranya:
membangkitkan semangat masyarakat Indonesia khusunya
generasi muda atau mahasiswa, untuk ikut menciptakan lapangan kerja dengan
berwirausaha, tidak hanya menjadi pencari kerja (job seeking). Dengan
dilandasi semangat nasionalisme bahwa bangsa Indonesia harus mampu bersaing
dikancah percaturan perekonomian dunia, maka akan banyak mahasiswa yang
termotivasi untuk meningktakan kualitas dirinya dan mencetuskan ide-ide kretaif
dalam bidang kewirausahaan yang berdaya saing tinggi.
Tujuan para usahawan / enterpreuner, apabila sebuah
negara yang memiliki wirausahawan banyak tentunya akan mendapatkan penghasilan
yang besar dari sektor pajak, atas kegiatan ekonomi yang mereka lakukan, coba
bayangkan apabila suatu negara terlalu banyak pegawai negeri sipil yang kurang
atau bahkan tidak produktif, maka mereka setiap bulan memakan anggaran negara
untuk menggaji mereka, namun sumbangsih mereka pada perekonimian nasional
sangat minim baik dari segi pajak maupun tingkat konsumsi.
Selanjutnya
ditinjau dari segi GNP (Gross National Product), apabila semakin banyak
uang yang dihasilkan oleh putra-putri bangsa Indonesia, karena berwirausaha
maka uang yang dihasilkan berpeluang semakin besar, berbeda dengan gaji yang
nominalnya relatif tetap. Akan meningkatkan GNP yaitu keseluruhan barang dan
jasa yang diproduksi warga negara penduduk tersebut dimanapun berada (di dalam
dan luar negeri), dengan meningkatkan GNP ini akan semakin memperkuat ekonomi
nasional secara makro, dan mempercepat roda pembangunan nasional, karena
ketersediaan anggaran semakin meningkat.
Dari beberapa
dampak positif kewirausahaan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
kewirausahaan bertujuan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dan secara umum meningkatkan
harkat dan martabat pribadi wirausahawan serta bangsa dan negara, dengan
pengetahuan tersebut diharapkan akan semakin banyak warga negara Indonesia
khusunya mahasiswa yang terjun dalam dunia usaha, namun perlu diperhatikan
dalam berusaha harus mengedepankan kejujuran, sehingga apa yang dihasilkan
dapat bermanfa’at bagi masyarakat luas.
1. Pengertian Sosial
Enterpreuner
Sosial
enterpreuner melihat masalah sebagai peluang untuk membentuk sebuah model bisnis
baru yang bermanfaat bagi pemberdayaan masyarakat sekitar. Hasil yang ingin
dicapai bukan keuntungan materi atau kepuasan pelanggan, melainkan bagaimana
gagasan yang diajukan dapat memberikan dampak baik bagi masyarakat.
Mereka seperti seseorang yang sedang menabung dalam jangka panjang karena usaha
mereka memerlukan waktu dan proses yang lama untuk dapat terlihat hasilnya.
Tujuan
menjadi wirausaha sosial (social entrepreneur) adalah semata-mata bukan untuk
menjadi kaya. Kewirausahaan sosial sejatinya adalah cara melatih kepekaan untuk
berbagi terhadap sesama. "Kaya adalah akibat, bukan tujuan. Kaya adalah
hasil dari kerja keras kita. Tapi dalam kewirausahaan sosial, inovasi milik
Steve Jobs dan Bill Gates digabung dengan kemurahan hati Bunda Theresa,"
kata Rhenald Kasali, Ketua Umum Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia (AKSI)
di acara Forum Wedangan yang diselenggarakan Jaringan Rumah Usaha.
2.
Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan
adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik kepada terdidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju kepribadian yang lebih baik,
yang pada hakikatnya mengarah pada pembentukan manusia yang ideal. Manusia
ideal adalah manusia yang sempurna akhlaqnya.
Agama
islam adalah agama universal yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai
berbagai aspek kehidupan baik kehidupan yang sifatnya duniawi maupun yang
sifatnya ukhrawi. Salah satu ajaran Islam adalah mewajibkan kepada umatnya
untuk melaksanakan pendidikan, karena dengan pendidikan manusia dapat
memperoleh bekal kehidupan yang baik dan terarah.
Adapun
yang dimaksud dengan pendidikan Islam sangat beragam, hal ini terlihat dari
definisi pendidikan Islam yang dikemukakan oleh beberapa tokoh pendidikan
berikut ini:
a. Menurut
Hasan Langgulung yg dikutip oleh Djamaluddin (1999) Pendidikan Islam ialah
pendidikan yg memiliki empat macam fungsi yaitu :
·
Menyiapkan generasi muda utk
memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yg akan datang.
Peranan ini berkaitan erat dgn kelanjutan hidup masyarakat sendiri.
·
Memindahkan ilmu pengetahuan yg
bersangkutan dgn peranan-peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi
muda.
·
Memindahkan nilai-nilai yg bertujuan
utk memilihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yg menjadi syarat mutlak bagi
kelanjutan hidup suatu masyarakat dan peradaban.
·
Mendidik anak agar beramal di dunia
ini utk memetik hasil di akhirat.
b.
Prof.Dr. Omar
Mohammad At-Toumi Asy-Syaibany mendefinisikan pendidikan islam sebagai proses
mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam
sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai
profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat. (Asy-Syaibany, 1979:
399)
Pengertian tersebut memfokuskan perubahan tingkah laku manusia yang
konotasinya pada pendidikan etika. Selain itu, pengertian tersebut menekankan
pada aspek-aspek produktivitas dan kreatifitas manusia dalam peran dan
profesinya dalam kehidupan masyarakat dan alam semesta.
c.
Dr.
Muhammad SA Ibrahimy (Bangladesh) mengemukakan pengertian pendidikan islam
sebagi berikut:
Pendidikan dalam pandangan yang sebenarnya adalah suatu sistem
pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai
dengan cita-cita islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk hidupnya
sesuai dengan ajaran islam.
Pengertian itu mengacu pada perkembangan kehidupan manusia masa
depan tanpa menghilangkan prinsip-prinsip islami yang diamanahkan oleh Allah
kepada manusia, sehingga manusia mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupnya
seiring dengan perkembangan iptek.
d.
Dr.
Muhammad Fadhil Al-Jamali
Memberikan pengertian pendidikan islam sebagai upaya mengembangkan,
mendorong, serta mengajak manusia untk lebih maju dengan berlandaskan
nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi
yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun
perbuatan.
Dari pengertian diatas, pendidikan
Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) agar
dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologis atau gaya pandang umat
islam selama hidup di dunia.
Adapun pengertian lain pendidikan
islam secara alamiah adalah manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan
sampai meninggal, mengalami proses tahap demi tahap. Demikian pula kejadian
alam semesta ini diciptakan Tuhan melalui proses setingkat demi setingkat, pola
perkembangan manusia dan kejadian alam semesta yang berproses demikian adalah
berlangsung di atas hukum alam yang ditetapkan oleh Allah sebagai “sunnatullah”.
B.
JIWA
KEWIRAUSAHAAN
Untuk
menumbuhkan jiwa wirausaha yang tangguh pada diri seseorang memang membutuhkan
waktu yang terbilang lama serta dibutuhkan kesabaran untuk selalu mengasahnya.
Jiwa entrepreneurship atau jiwa wirausaha memang dapat diupayakan untuk
dikembangkan serta dibekalkan pada seseorang (terutama pada pemuda) untuk
menguatkan mental seseorang tentang entrepreneurship. Cara yang sering ditempuh
untuk menumbuhkan jiwa wirausaha yaitu dengan mengikuti seminar-seminar umum
tentang kewirausahaan.
Jiwa
wirausaha adalah jiwa kemandirian untuk mencari sebuah sumber penghasilan
dengan membuka usaha ataupun menyalurkan kreatifitas yang dimiliki sesorang
untuk kemudian dijadikan sebuah lahan untuk mencari penghasilan, jiwa
kewirausahaan ditanamkan sejak seseorang mulai sadar bahwa uang itu penting dan
seseorang tersebut memeliki keterampilan atau sesuatu hal seperti barang atau
jasa yang bisa dijual, sesorang akan belajar untuk lebih mandiri, berfikir
kritis, dan maju apabila ditanamkan jiwa kewirausahaan sejak dini, kerena dia
akan berfikir tentang bagaimana mengolah hasil dari keterampilan ataupun hasil
pembelajaran yang selama ini dia lakukan untuk dijadikan sebuah karya yang
dapat dijual, entah itu makanan, pakaian, jasa, atau barang-barang lain.
1.
Karakter Kewirausahaan
Kegiatan
wirausaha tidak dapat dilepaskan dari unsur individu wirausahawan itu sendiri.
Maju mundurnya usaha wirausahawan akan sangat ditentukan oleh inisiatif,
gagasan, dan inovasi, karya, dan kreatifitas serta berpikir positif. Keberhasilan
wirausaha dicapai apabila wirausahawan menggunakan gagasan terhadap produk,
proses, dan jasa-jasa inovasi sebagai alat untuk mengendalikan perubahan.
Menurut Gede Pratama, ada beberapa
sifat dasar yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha diantaranya :
·
Wirausaha adalah seorang pencipta
perubahan (the change creator)
·
Wirausaha selalu melihat [erbedaan
sebagai peluang
·
Wirausaha selalu bereksperimen
dengan pembaharuan
·
Wirausaha adalah seorang pakar
tentang dirinya
·
Wirausaha melihat pengetahuan dan
pengalaman hanyalah alat untuk memacu
kreativitas
·
Wirausaha berani memaksa diri untuk menjadi pelayan bagi
orang lain
Pendapat
lain M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer mengemukakan delapan
karakteristik yang meliputi :
a) Memiliki rasa tanggung jawab atas
usaha-usaha yang dilakukannya.
b) Lebih memilih risiko yang moderat.
c) Percaya akan kemampuan dirinya untuk
berhasil
d) Selalu menghendaki umpan balik yang
segera
e) Berorientasi ke masa depan, perspektif,
dan berwawasan jauh ke depan
f) Memiliki semangat kerja dan kerja keras
untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik .
g) Memiliki ketrampilan dalam
mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah
h) Selalu menilai prestasi dengan uang.
2.
Manajemen Pendidikan Islam (PI) Berbasis Sosial
Enterpreuner (SE)
Wirausaha selalu komitmen dalam melakukan tugasnya sampai berhasil. Ia tidak setengah-setengah dalam melakukan pekerjaannya. Ia berani mengambil resiko terhadap pekerjaannya karena sudah diperhitungkan artinya risiko yang di ambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi risiko yang didukung oleh komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai ada hasil. Hasil-hasil ini harus nyata/jelas dan objektif dan merupakan umpan balik bagi kelancaran kegiatannya. Dengan semangat optimis yang tingggi karena ada hasil yang diperoleh, maka uang selalu dikelolah secara proaktif dan dipandang sebagai sumber daya.
Dalam manajemen
pendidikan islam (PI) berbasis sosial enterpreuner (SE) adalah Pendidikan Islam
adl jenis pendidikan yg pendirian dan penyelenggaraan didorong oleh hasrat dan
semangat cita-cita utk mengejewantahkan nilai-nilai Islam baik yg tercermin
dalam nama lembaga maupun dalam kegiatan-kegiatan yg diselenggarakan (Soebahar
2002: 13). Jadi selain anak atau siswa paham dalam bidang agama juga dapat
berwirausaha secara syariat agama islam. Karena dalam tiap aktivitas manusia
sebagai instrumen transformasi ilmu pengetahuan budaya dan sebagai agen
perubahan sosial pendidikan memerlukan satu landasan fundamental atau basik yg
kuat.
Adapun untuk menjadi
wirausaha yang berbasis islam maka harus didasarkan pada al-qur’an dan hadits,
yaitu:
·
Al-Qur’an
Al-Qur’an ialah firman Allah berupa
wahyu yg disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalam terkandung
ajaran pokok yg dapat dikembangkan utk keperluan aspek kehidupan melalui
ijtihad. Ajaran yg terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip
besar yaitu yg berhubungan dgn masalah keimanan yg disebut aqidah dan yg
berhubungan dgn amal disebut syari’ah. Oleh krn itu pendidikan Islam harus
menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber dalam merumuskan berbagai teori tentang
pendidikan Islam sesuai dgn perubahan dan pembaharuan (Darajat 2000: 19).
·
As-Sunnah
As-Sunnah ialah perkataan perbuatan
ataupun pengakuan rasul. Yang di maksud dgn pengakuan itu ialah kejadian atau
perbuatan orang lain yg diketahui oleh Rasulullah dan beliau membiarkan saja
kejadian atau perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua
sesudah Al-Qur’an yg juga sama berisi pedoman utk kemaslahatan hidup manusia
dalam segala aspek utk membina umat menjadi manusia seutuh atau muslim yg
bertaqwa. Untuk itulah rasul Allah menjadi guru dan pendidik utama. Maka dari
pada itu Sunnah merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi manusia
muslim dan selalu membuka kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebab
mengapa ijtihad perlu ditingkatkan dalam memahami termasuk yg berkaitan dgn
pendidikan. As-Sunnah juga berfungsi sebagai penjelasan terhadap beberapa
pembenaran dan mendesak utk segara ditampilkan yaitu :
o Menerangkan
ayat-ayat Al-Qur’an yg bersifat umum
o Sunnah
mengkhitmati Al-Qur’an.
·
Ijtihad
Ijtihad adl istilah para fuqoha yaitu berfikir dgn menggunakan
seluruh ilmu yg dimiliki oleh ilmuan syari’at Islam utk menetapkan atau
menentukan sesuatu hukum syara’ dalam hal-hal yg ternyata belum ditegaskan
hukum oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Namun dgn demikian ijtihad dalam hal ini dapat
saja meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan tetapi tetap
berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah. Oleh krn itu ijtihad dipandang sebagai
salah satu sumber hukum Islam yg sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah
rasul Allah wafat. Sasaran ijtihad ialah segala sesuatu yg diperlukan dalam
kehidupan yg senantiasa berkembang. Ijtihad dalam bidang pendidikan sejalan dgn
perkembangan zaman yg semakin maju bukan saja dibidang materi atau isi
melainkan juga dibidang sistem. Secara substansial ijtihad dalam pendidikan
harus tetap bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah yg diolah oleh akal yg sehat
dari para ahli pendidikan Islam.
·
Al-Kaun
Maksud Allah menurunkan ayat
kauniyah tersebut yaitu utk mempermudah pemahaman manusia terhadap lingkungan
sekitar sehingga dapat mengakui kebesaran seperti yg terdapat dalam Al-Qur’an
surat Ar- Ra’du ayat 3 yg artinya:
“Dialah
Tuhan yg mmembentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung sungai-sungai
padanya. Dia menjadikan pada buah-buahan berpasang-pasangan. Allah jualah yg
menutup malam kepada siang sesungguh pada yg demikian itu terdapat tanda-tanda
kebesaran Allah bagi kaum yg berfikir”
Berdasarkan
firman Allah di atas bahwa tiap orang berfikir harus mengakui kebesaran Allah
dan hal ini relevan utk dijadikan dasar dalam pendidikan Islam dan sosial
enterpreunersesuai dengan perkembangan zaman.
3.
Ciri-ciri yang Dijiwai Sosial Enterpreuner (SE)
Dalam
ajaran Islam, ada beberapa sifat cirri-ciri yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha,
yaitu :
a. Sifat takwa, tawakal, dzikir dan syukur: Sifat-sifat
di atas harus benar-benar
dilaksanakan dalam kehidupan (praktek bisnis) sehari-hari. Ada jaminan dari Allah bahwa: Barang sapa yang takwa kepada Allah, maka Allah akan mengadakan baginya jalan keluar, dan Allah memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Tawakal ialah suatu sifat penyerahan diri kepada Allah secara aktif, tidak cepat menyerah. Berdzikir artinya selalu menyebut Asma Allah dalam hati dengan merendahkan diri dan rasa takut serta tidak mengeraskan suara dalam segala keadaan. Selalu ingat Allah membuat hati menjadi tenang, segala usaha dapat dilakukan dengan kepala dingin dan lancar. Selain itu rasa syukur juga akan membuat hati menjadi tenang, ungkapan rasa syukur ini dapat dilakukan baik secara diam-diam dalam hati maupun diucapkan dengan lisan atau dalam bentuk perbuatan. Selalu bersyukur dengan apa yang kita dapatkan, selalu menyebut Asma Allah dalam segala bentuk aktivitas.
dilaksanakan dalam kehidupan (praktek bisnis) sehari-hari. Ada jaminan dari Allah bahwa: Barang sapa yang takwa kepada Allah, maka Allah akan mengadakan baginya jalan keluar, dan Allah memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Tawakal ialah suatu sifat penyerahan diri kepada Allah secara aktif, tidak cepat menyerah. Berdzikir artinya selalu menyebut Asma Allah dalam hati dengan merendahkan diri dan rasa takut serta tidak mengeraskan suara dalam segala keadaan. Selalu ingat Allah membuat hati menjadi tenang, segala usaha dapat dilakukan dengan kepala dingin dan lancar. Selain itu rasa syukur juga akan membuat hati menjadi tenang, ungkapan rasa syukur ini dapat dilakukan baik secara diam-diam dalam hati maupun diucapkan dengan lisan atau dalam bentuk perbuatan. Selalu bersyukur dengan apa yang kita dapatkan, selalu menyebut Asma Allah dalam segala bentuk aktivitas.
b. Jujur,
Dalam suatu hadis dinyatakan: Kejujuran itu akan membawa ketenangan dan ketidakjujuran
akan menimbulkan keragu-raguan (HR. Tirmidzi). Jujur dalam segala kegiatan
bisnis, menimbang, mengukur, membagi, berjanji, membayar hutang, jujur dalam
berhubungan dengan orang lain akan membuat ketenangan lahir dan batin. Dengan
jujur, maka akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain atau pelanggan.
c. Niat suci dan ibadah,
Bagi seorang muslim melakukan bisnis adalah
dalam rangka ibadah kepada Allah. Demikian pula hasil yang diperoleh dalam bisnis akan dipergunakan kembali di jalan Allah.
dalam rangka ibadah kepada Allah. Demikian pula hasil yang diperoleh dalam bisnis akan dipergunakan kembali di jalan Allah.
d. Adzan dan bangun lebih pagi, Rasulullah
telah mengajarkan kepada umatnya,
agar mulai bekerja sejak pagi hari, selesai sholat subuh, jangan kamu tidur, bergeraklah, carilah rizki dari Tuhanmu. Para malaikat akan turun dan membagi rizki sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.orang jawapun juga mengatakan bahwa “wunggu ingkang gasik supoyo lancer rejekinipun”.
agar mulai bekerja sejak pagi hari, selesai sholat subuh, jangan kamu tidur, bergeraklah, carilah rizki dari Tuhanmu. Para malaikat akan turun dan membagi rizki sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.orang jawapun juga mengatakan bahwa “wunggu ingkang gasik supoyo lancer rejekinipun”.
e. Toleransi, tenggang rasa, tepo seliro,
lamat diawak katuju diurang (Minang) harus dianut oleh orang-orang yang
bergerak dalam bidang bisnis. Dengan demikian tampak orang bisnis itu supel,
mudah bergaul, komunikatif, praktis,
tidak banyak teori, fleksibel, pandai melihat situasi dan kondisi, toleransi terhadap
langganan, dan tidak kaku.
tidak banyak teori, fleksibel, pandai melihat situasi dan kondisi, toleransi terhadap
langganan, dan tidak kaku.
f. Berzakat dan berinfaq,
Mengeluarkan zakat dan infaq harus menjadi
budaya muslim yang bergerak dalam bidang bisnis. Harta yang dikelola dalam bidang bisnis, laba yang diperoleh harus disisihkan sebagian untuk membantu anggota masyarakat yang membutuhkan. Dalam ajaran Islam sudah jelas bahwa harta yang dizakatkan dan diinfaqkan tidak akan hilang, melainkan menjadi tabungan yang berlipat ganda baik di dunia maupun diakhirat. Sebuah
hadis yang diriwayatkan oleh Muslim menyatakan :
budaya muslim yang bergerak dalam bidang bisnis. Harta yang dikelola dalam bidang bisnis, laba yang diperoleh harus disisihkan sebagian untuk membantu anggota masyarakat yang membutuhkan. Dalam ajaran Islam sudah jelas bahwa harta yang dizakatkan dan diinfaqkan tidak akan hilang, melainkan menjadi tabungan yang berlipat ganda baik di dunia maupun diakhirat. Sebuah
hadis yang diriwayatkan oleh Muslim menyatakan :
“Tidaklah
harta itu akan berkurang karena disedekahkan dan Allah tidak akan
menambahkan orangyang suka memberi maaf kecuali kemuliaan. Dan tidaklah seorang yang suka merendahkan diri karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatnya. Dalam sebuah hadis Qudsi Allah berfirman, yang artinya:
menambahkan orangyang suka memberi maaf kecuali kemuliaan. Dan tidaklah seorang yang suka merendahkan diri karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatnya. Dalam sebuah hadis Qudsi Allah berfirman, yang artinya:
“Berinfaqlah
kamu, niscaya Allah akan memberi belanja kepadamu” (Muttafaq ‘Alaih).
Al
Qur’an menyatakan : Barang siapa yang takwa kepada Allah, niscaya Allah akan memberi
jalan keluar baginya. Dan Allah memberi rizki dari arah atau sumber yang tidak
disangka-sangka. (QS. At Thalaq : 2-3).
Dengan
infak dan shodaqoh justru akan menambah harta bukan menjadikan miskin harta.
g. Silaturrahmi,
Orang bisnis seringkali melakukan silaturrahmi dengan partner bisnisnya ataupun
dengan langganannya. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam bahwa seorang Islam
harus selalu mempererat silaturrahmi satu sama lain.
Manfaat
silaturrahmi ini di samping mempererat ikatan persaudaraan, juga sering kali
membuka peluang-peluang bisnis yang baru. Hadis Nabi menyatakan :
Siapa
yang ingin murah rizkinya dan panjang umurnya, maka hendaklah ia mempererat
hubungan silaturrahmi (HR. Bukhari).
Kegiatan
produksi saat ini sudah menggunakan mesin yang serba canggih, tidak dapat
dilakukan oleh orang-orang awam, akan tetapi harus menggunakan manajemen yang
baik. Haruslah seorang wirausaha yang akan mengurusnya, sebab segala sesuatu
urusan akan hancur apabila diurus oleh orang yang bukan ahlinya. Seperti
dinyatakan dalam hadis berikut:
“Apabila
urusan di serangkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya
(HR. Bukhari).
C.
PENDIDIKAN ISLAM (PI) BERBASIS SOSIAL ENTERPREUNER
(SE)
Sejatinya
sebuah pendidikan, bukan sekedar formalitas yang berisi proses belajar
mengajar, tetapi juga transfer ilmu pengetahuan aktual yang dibutuhkan oleh
siswa di masa mendatang. Mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan hingga
bangku perguruan tinggi adalah sebuah karunia luar biasa yang patut disyukuri.
Tidak sedikit saudara kita yang jangankan untuk bersekolah, membiayai kebutuhan
hidupnya sehari-hari masih kesulitan. Padahal, pendidikan adalah salah satu
pilar yang menyokong nahkoda suatu bangsa di masa mendatang.
Dalam
dunia pendidikan mampu menggerakkan mahasiswa bukan hanya bergerak mencari ilmu
dan mencari pekerjaan saja tetapi juga pendidikan menerapkan bagaimana menjadi
mahasiswa yang kreatif dan mampu berwirausaha menciptakan inovasi.
1.
Mendorong
Kemandirian Pendidikan Islam (PI)
Sebuah upaya menjadi muslim mandiri
memerlukan adanya berbagai bekal yang harus ada, ketika berada di tengah
perjalananpun tentu ada halangan yang menghadang. Karena itu muslim mandiri
adalah sebuah cita-cita bagi setiap muslim, bagaimana ia dapat berislam sesuai
dengan apa yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu
'Alaihi Wa Salam
dan orang-orang yang mengikutinya. Dia juga dapat beribadah sesuai dengan
contoh Nabi yang muncul dari kesadaran diri, serta ia dapat berfikir dengan
landasan yang kuat sebagai hasil dari keilmuan yang dimiliknya.
Di antara bekal yang harus dimiliki
tersebut adalah ilmu. Ilmu yang berkaitan dengan keyakinan aqidah Islam. Ia
merupakan pondasi dalam membina bangunan Islam yang kokoh. Dengannya
Islam berdiri tegak, dan dengannya pula ibadah dapat terlaksana dengan
bimbinganNya.
Seorang muslim mandiri akan membekali dirinya dengan
bekal ilmu yang shahih dan dengannya ia mampu membedakan mana yang benar
dan mana yang salah. Selain itu dalam beribadah juga ia tidak terikat dengan
aturan-aturan yang dibuat oleh manusia, apalagi tanpa adanya dalil yang
dijadikan sandaran.
Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al-Imran: 139, yang
artinya:
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula)
kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”
Beriman
yang dimaksud adalah beriman yang muncul dan timbul dari dalam hati sanubari
seseorang, bukan karena makhluk lainnya. Muslim mandiri adalah cita-cita
luhur yang ingin mengantarkan setiap muslim untuk dapat menghujamkan seluruh
keyakinannya ke dalam hati pemiliknya, ia membebaskan dan melepaskan diri dari
berbagai pemikiran manusia yang membawa kepada pendapat pribadi atau golongan.
Ia mengembalikan setiap pendapat yang shahih kepada para ahlinya. Demikian pula
ia berusaha untuk dapat menumbuhkan kesadaran diri bahwa manusia adalah lemah
di hadapanNya.
Muslim mandiri menginginkan adanya
sebuah sikap keagamaan di atas pemahaman yang tumbuh dari perjuangan dengan
bekal ilmu yang telah ditetapkan oleh Islam, ia tidak mungkin ada tanpa adanya
kebebasan untuk memilih sesuai dengan pemahamannya.
Menjadi muslim mandiri juga
mendambakan persatuan umat islam. Sebagaimana sesuai Q.S Al-Imran: 103 yang
artinya:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)
Allah, dan janganlah kamu bercerai berai….”
Tali Allah
yang kokoh adalah Al-Islam dengan segala syariatNya, maka kewajiban kita untuk
berpegang teguh padanya.
Seorang
muslim mandiri berusaha untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang dapat
mencerai-beraikan barisan kaum muslimin. Bahkan ia seharusnya menjadi
orang-orang yang terdepan di dalam memperjuangkan persatuan kaum muslimin.
Menjadi muslim yang mandiri juga tak lupa untuk
beribadah yaitu ibadah yang disandarkan kepada perbuatan, perkataan dan hal-hal
yang didiamkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa salam yang
dilakukan oleh para shahabat beliau, selain itu maka harus ada dasarnya yang kuat.
Dan ibadah tersebut dilakukan dengan kesadaran diri yang penuh bukan hanya
mengikuti orang lain yang beribadah tanpa mengetahui dasarnya, atau ibadah
tersebut dilakukan bukan karena Allah ta'ala melainkan ada unsur riya,
sum'ah dan ingin mendapatkan kehidupan duniawi saja. Jadi, untuk menjadi seorang
enterpreuner yang berbasis pendidikan islam dengan melakukan semua kegiatan
yang di sunnahkan Nabi Muhammad dan juga tak lupa untuk selalu beribadah.
2.
Memotivasi Etos Kerja Guru dan
karyawan
Guru merupakan komponen yang paling
berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas.
Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa
didukung oleh guru yang professional dan berkualitas. Dengan kata lain,
perbaikan kualitas pendidikan harus berpangkal dari guru dan berujung padaguru
pula. Namun demikian, posisi strategi untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan
sangat dipengaruhi juga oleh kinerja guru. Istilah kinerja menurut kamus bahasa
Indonesia, mengartikan kinerja adalah apa yang telah dicapai, prestasi kerja
yang terlihat, atau kemampuan kerja.
Ada empat faktor yang dapat
menimbulkan motivasi kerja guru yaitu :
1)
Dorongan
untuk bekerja
Seseorang akan melaksanakan suatu
pekerjaan tertentu, dimaksudkan sebagai upaya merealisir keinginan-keinginan
dan kebutuhan-kebutuhan yang ada.
2) Tanggung jawab terhadap tugas
Sebagai konsekuensi atas jabatan
yang diemban guru, maka seorang guru akan mempunyai sejumlah tugas yang harus
dilakukan sesuai dengan jabatannya, tugas ini berkaitan dengan kualitas dan
kuantitas yang diberikan guru. Motivasi kerja guru dalam memenuhi kebutuhannya
akan ditentukan oleh besar kecilnya tanggung jawab yang ada dalam melaksanakan
tugasnya. Tanggung jawab guru dalam melaksanakan
tugas di sekolah, ditandai dengan upaya tidak segera puas atas ahsil yang
dicapainya. Selalu mencari cara-cara baru guna mengatasi setiap hambatan yang
ada dan mengadakan penyempurnaan-penyempurnaan cara melaksanakan secara baik,
dan merasa malu apabila ternyata kegiatan-kegiatan yang dilakukan itu gagal /
tidak dapat dilakukan.
3) Minat terhadap tugas
Besar kecilnya minat guru terhadap
tugas yang akan mempengaruhi kadar atau motivasi kerja guru mengembangkan di
sekolah. Hadar Nawawi mengatakan bahwa minat dan kemampuan terhadap suatu
pekerjaan berpengaruh pula terhadap moral kerja.
4)
Penghargaan
atas tugas
Penghargaan atas suatu jabatan atas
keberhasilan yang dicapai guru dalam bekerja merupakan salah satu motivasi yang
mendorongnya bekerja. Karena penghargaan, penghormatan, pengakuan sebagai
subyek yang memiliki kehendak, pilihan, perasaan dan lain-lain sangat besar
pengaruhnya terhadp kerja seorang guru.
Dengan adanya penghargaan ini dapat
memberikan kepuasan kepada guru sehingga menyebabkan mereka bekerja lebih giat
lagi. Apabila guru menghargai terhadap tugas-tugas tersebut maka guru yang
bersangkutan dalam bekerjanya diwarnai oleh rasa cinta dan bangga sehingga
memungkinkan mereka mengoptimalkan pola kerjanya.
Pada garis besarnya kinerja guru
dibagi menjadi dua, yaitu : kinerja guru dalam mendesain program pengajaran dan
kinerja guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
3.
Meningkatkan Mutu Pendidikan Islam
Banyak sekolah yang hanya mengutamakan kuantitas, bukan
mengutamakan kualitas pendidikan. Bagaimana Indonesia dapat seperti
Negara-negara maju seperti yang lain? Jika hanya mengutamakan kuantitas agar
lebih kelihatan banyak murid, mungkin dapat dikatakan untuk bisnis guru asal
ngajar tanpa ada perubahan behaviorism pada diri siswa. Ada empat hal dalam
meningkatkan kualitas pendidikan:
a. Peran
Masyarakat dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Prof. Hargraves (dalam
Tilaar, Kebijakan Pendidikan, 2009) menyatakan bahwa ilmu pendidikan mandeg dan
tidak berkembang karena tidak mendapatkan input dari praktik pendidikan. Oleh
sebab itulah ilmu pendidikan termasuk pendidikan Islam hanya berada pada
tataran idealistik belaka tanpa teruji di lapangan. Dengan sendirinya banyak
kebijakan pendidikan di Indonesia bukan ditentukan oleh data dan informasi di
lapangan, tetapi berdasarkan subyektivitas karena menggunakan epistema-epistema
ilmu lainnya yang tidak relevan dengan kebutuhan peserta didik.
Sejarah berdirinya
madrasah seperti diketahui adalah lembaga pendidikan yang lahir dari
masyarakat. Inisiatif dan kemandirian disatu pihak, kebersamaan dan partisipasi
masyarakat dilain pihak merupakan ciri khas munculnya madrasah. Sesuai dengan
jiwa desentralisasi yang menyerap aspirasi dan partisipasai masyarakat dalam
pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan, masyarakat dituntut untuk
memiliki kepedulian yang tinggi memperhatikan lembaga pendidikan yang berada di
lingkungan setempat. Hal ini dapat menumbuhkan sikap kepemilikan yang tinggi
dengan memberikan kontribusi baik dalam bidang material, kontrol manajemen,
pembinaan, serta bentuk partisipasi lain dalam rangka meningkatkan eksistensi madrasah
yang selanjutnya menjadi kebanggaan lingkungan setempat melalui peningkatan
kualitas penyelenggaraannya.
b.
Penguatan
Kepala Sekolah / Madrasah / Guru
Pentingnya setiap
lembaga pendidikan memiliki guru dan kepala sekolah yang berkualitas seharusnya
sudah menjadi kesadaran kita bersama. Jika tujuan sistem pendidikan yang
dirancang dan diarahkan untuk menciptakan siswa (lulusan) yang berkualitas dan
berprestasi tinggi (higher student achievement), kita dengan dibantu
data pendidikan tersedia seharusnya sudah dapat mengidentifikasi unsur-unsur
yang mampu mendukung/menopang pencapaian tujuan tersebut.
Meskipun banyak hasil
studi yang mengungkapkan peran sentral guru dalam menunjang pencapaian tujuan
pendidikan (educational attainment), perhatian para petinggi/pengelola
kebijakan pendidikan pada tingkat pusat dan daerah terhadap pembangunan
kapasitas guru masih setengah hati. Oleh karena itu, pemerintah sudah harus
punya kebijakan tentang guru dan kepala sekolah yang lebih komprehensif, jelas
(clear), dan terukur ke depan.
Standar kompetensi guru
terdiri dari kompetensi pedagogik, kepribadian, professional dan sosial. Dalam
disiplin ilmu psikologi kompetensi kepribadian dan sosial termasuk dalam
kategori kompetensi emosional. Kompetensi emosional mengarah pada
kecakapan antar individu (personal skills) dan kecakapan sosial (social
skills) yang dapat mendukung kearah unjuk kerja terbaik. Kecerdasan
emosional adalah "engine" dari kompetensi emosional yang membuat
individu mampu mengenali secara akurat perasaan orang lain guna mengembangkan
kecakapan mempengaruhi (influence) dan berprestasi (Achievement
drive). Oleh karena itu untuk memprediksi unjuk kerja individu
kita perlu mengenal dan mengukur kompetensi emosional yang merupakan fondasi
dari kompetensi sosial, kepribadian termasuk soft skills.
c.
Peningkatan Soft Skills Kepala
Sekolah / Madrasah dan Guru
Kecakapan
pendukung atau SS tidak semata-mata berwujud kemampuan
berkomunikasi secara langsung (verbal dan non verbal) dengan
orang lain, namun juga berupa kemampuan menampilkan diri secara maksimal yang
kemudian dapat "menular" kepada rekan sejawat, serta memberi kesan
positif kepada orang lain yang berinteraksi kerja dengannya.
Bahkan kekuatan SS niscaya bisa diperluas tidak hanya bermanfaat untuk dunia
usaha, tetapi juga bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
termasuk di dalam mengelola dan menjalankan roda pemerintahan. Dengan demikian
dapat dipahami bahwa beragam pekerjaan yang berhubungan dengan orang lain
sesungguhnya membutuhkan keterlibatan SS
Ada 3 unsur dalam meningkatkan SS
(soft skills) Kepala sekolah / madrasah dan guru yaitu Penampilan
yang terlihat dari unsur pertama yakni senantiasa melakukan prakarsa (initiative),
berkemauan keras untuk meraih prestasi (achievement drive),
dan mudah untuk beradaptasi (adaptability). Semakin kuat
tampilan ketiga unsur kecakapan tersebut dimiliki utuh oleh seseorang, semakin
besar pula porsi keberhasilan unjuk kerjanya.
d.
Penilaian Baku Kinerja Kepala
sekolah / Madrasah dan Guru
Sistem
penilaian unjuk kerja (performance appraisal system) untuk guru dan
kepala sekolah perlu diberlakukan dengan kaidah SMART (sepesific,
measurable, achieveable dan time bounded). Kepiawaian guru dalam mengelola
kelas dan kepala sekolah dalam mengelola sumber-sumber daya pendiidkan baru
dapat dikatakan sukses apabila KPI atau indikator unjuk kerja kunci tersusun
secara SMART. jelas, transparan, terbuka dan fair. Tiadanya alat dan tolok ukur
yang pasti dan disepakati bersama atas keberhasilan unjuk kerja (KPI= Key
Performance Indicator) membuat kesimpangsiuran atas tepat tidaknya proses
(the how) dan hasil (the what) unjuk kerja guru dan kepala
sekolah. Sasaran kerja dibuat bersama diawal tahun ajaran akademik oleh
pengawas (Atasan langsung). Contoh sasaran pencapaian yakni peningkatan
penguasaan materi pelajaran (content knowledge) bahasa Inggris para
guru madrasah dengan menggunakan TOEIC (test of english for international
communication) dari semula dibawah skor 245 (setara elementary)
menjadi diatas skor 245 (intermediate). Sasaran dibuat secara individu dan
terdiri dari sejulah sasaran tujuan yang dispekati bersama. Penilaian kinerja
semacam ini akan mengukur dan menilai tingkat keberhasilan kegiatan guru/kepala
sekolah tidak hanya dari sisi hasil (the what) tetapi juga cara (the
how) memperoleh hasil yang diperoleh, dibuat di lembaran-lembaran terpisah
(what & how). Proses dalam mencapai tujuan yang ditetapkan
berkaitan dengan nilai-nilai etika dan moralitas sebagai tenaga pendidikan
dalam meraih sasaran tujuan.
D. KESIMPULAN MENINGKATKAN MUTU
wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa
berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan Berjiwa
berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha,
tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti.
(Kasmir, 2007 : 18).
Tujuan
menjadi wirausaha sosial (social entrepreneur) adalah semata-mata bukan untuk
menjadi kaya. Kewirausahaan sosial sejatinya adalah cara melatih kepekaan untuk
berbagi terhadap sesama. "Kaya adalah akibat, bukan tujuan. Kaya adalah
hasil dari kerja keras kita. Tapi dalam kewirausahaan sosial, inovasi milik
Steve Jobs dan Bill Gates digabung dengan kemurahan hati Bunda Theresa,"
kata Rhenald Kasali,
Pendidikan Islam adalah suatu sistem
yang memungkinkan seseorang (peserta didik) agar dapat mengarahkan kehidupannya
sesuai dengan ideologis atau gaya pandang umat islam selama hidup di dunia.
Jiwa
wirausaha adalah jiwa kemandirian untuk mencari sebuah sumber penghasilan dengan
membuka usaha ataupun menyalurkan kreatifitas yang dimiliki sesorang untuk
kemudian dijadikan sebuah lahan untuk mencari penghasilan, jiwa kewirausahaan
ditanamkan sejak seseorang mulai sadar bahwa uang itu penting dan seseorang
tersebut memeliki keterampilan atau sesuatu hal seperti barang atau jasa yang
bisa dijual, sesorang akan belajar untuk lebih mandiri, berfikir kritis, dan
maju apabila ditanamkan jiwa kewirausahaan sejak dini, kerena dia akan berfikir
tentang bagaimana mengolah hasil dari keterampilan ataupun hasil pembelajaran
yang selama ini dia lakukan untuk dijadikan sebuah karya yang dapat dijual,
entah itu makanan, pakaian, jasa, atau barang-barang lain.
M.
Scarborough dan Thomas W. Zimmerer
mengemukakan delapan karakteristik yang meliputi :
1. Memiliki rasa tanggung jawab atas
usaha-usaha yang dilakukannya.
2. Lebih memilih risiko yang moderat.
3. Percaya akan kemampuan dirinya untuk
berhasil
4. Selalu menghendaki umpan balik yang
segera
5. Berorientasi ke masa depan, perspektif,
dan berwawasan jauh ke depan
6. Memiliki semangat kerja dan kerja keras
untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik .
7. Memiliki ketrampilan dalam
mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah
8. Selalu menilai prestasi dengan uang.
Dalam
manajemen pendidikan islam (PI) berbasis sosial enterpreuner (SE) adalah
Pendidikan Islam adl jenis pendidikan yg pendirian dan penyelenggaraan didorong
oleh hasrat dan semangat cita-cita utk mengejewantahkan nilai-nilai Islam baik
yg tercermin dalam nama lembaga maupun dalam kegiatan-kegiatan yg
diselenggarakan (Soebahar 2002: 13). Adapun untuk menjadi wirausaha yang
berbasis islam maka harus didasarkan pada al-qur’an dan hadits.
Banyak cara untuk meningkatkan mutu
pendidikan islam di negara tercinta kita ini, dalam meningkatkan kualitas atau
mutu pendidikan islam maka dibutuhkan kualitas guru yang professional juga. Ada
empat komponen dalam meningkatkan mutu pendidikan islam yaitu:
1. Peran
masyarakat terhadap pendidikan islam, jadi bukan hanya sekolah umum saja yang maju
tapi pendidikan islam juga maju.
2. Penguatan
kompetensi kepala sekolah / madrasah dan guru, ada 4 penilaian untuk menjadi
seorang kepala sekolah / madarasah maupun guru yaitu pedagogic, kepribadian,
professional dan sosial.
3. Peningkatan
soft skills kepala sekolah / madarsah dan guru, seperti penjelasan sebelumnya
(no.2), apakah kepala sekolah / madrasah atau guru sudah memenuhi kompetensi 4
(pedagogic, kepribadian, professional, dan sosial).
4. Penilaian
kinerja kepala sekolah / madrsah dan guru, setiap tahun ada evaluasi guna
meningkatkan kualitas sekolah / madrasah sudah sesuai atau belum.
DAFTAR PUSTAKA
Zuhaerini.
Metodik Khusus Pendidikan Agama. 1983. Surabaya : Usaha Nasional.
Drajat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam. 1992. Jakarta : Bumi Aksara
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam. 2005. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Riyanto, Yatim.. Pengembangan
Kurikulum dan Seputar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 2006. IKAPI
: Universiti Press.
Shaleh, Abdul, Rahman. Pendidikan
Agama dan Pembangunan Untuk Bangsa. 2005. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Sutaryo. Sosiologi Komunikasi. 2005. Yogyakarta: Arti Bumi Intaran
Syafaruddin. Menejemen Lembaga Pendidikan Islam. 2005. Ciputat Press
Komentar
Posting Komentar