FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


1     Jelaskan Pengertian Filsafat pendidikan Islam itu? Kemudian jelaskan antara filsafat pendidikan Islam dan filsafat pendidikan barat dalam hal 1) proses belajar mengajar 2) konsep pendidikan 3) tujuan akhir pendidikannya? Jawaban saudara di buat dalam matriks.
Jawab:
a.      Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
Berbicara tentang Filsafat Pendidikan Islam berarti harus memahami filsafat secara etimologis: cinta akan kearifan, kebajikan, dan hikmah. Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philare, yang berarti cinta, dan sophia yang berarti kebajikan. Sophia dalam bahasa Yunani biasanya diterjemahkan ke da­lam bahasa Inggiris berarti ”wisdom” (kearifan, kebajikan) dan digabung dengan menjadi philasophia, dari ”philosophy” diartikan menjadi “cinta kearifan, kebajikan”. Jadi secara etimologi filsafat berarti cinta kepada kebajikan, kebijaksanaan, dan kearifan. Istilah: sebagai ilmu yang berusaha memahami semua hal yang timbul di dalam keseluruhan lingkup pengalaman manusia. Maksud ”didalamnya” : manusia merupakan kesatuan dari dunia dan bagian integral dari dunia. Sesuai dengan makna filsafat diatas, berfilsafat berarti berpikir, dan melakukan sampai kepada berspekulasi (perenungan), berpikir secara sadar, teliti, teratur, bebas, mendalam dan menyeluruh.[1]
Selain itu, pendidikan Islam juga harus dipahami dengan baik seperti yang dikemukakan Ahmad D. Marimba bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidikan terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadiaan yang utama.[2] Disisi lain, Al-Syai menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukakn dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi dan profesi diantara sekian banyak profesi asasi dalam manyarakat.[3]
Dari uraian diatas, pengertian filsafat pendidikan Islam dapat diketahui bahwa pemikiran filosufis yang diambil dari (1) sistem filsafat/aliran-aliran filsafat atau (2) jawaban filosufis terhadap masalah pendidikan yg tidak bertentangan dengan Islam untuk dijadikan pedoman dalam lapangan pendidikan[4] Lebih lagi, Menurut Omar Muhamad al-Taomy al-Syaibany menyatakan bahwa filsafat pendidikan Islam adalah pelaksanaan pandangan filsafat dari kaidah filsafat Islam dalam bidang pendidikan yang didasarkan pada ajaran Islam. Sedangkan menurut Muzayyin mengatakan bahwa filsafat pendidikan Islam adalahfilsafat pendidikan Islam adalah konsep berpikir tentang kependidikan yang bersumberkan atau berlandaskan pada ajaran-ajaran agama Islam.[5]
Maka dari itu, secara garis besar pengertian filsafat pendidikan Islam adalah filsafat dalam bidang pendidikan yang berlandaskan Al.Qur’an dan hadist.

b.      Perbedaan filsafat pendidikan Islam dan filsafat pendidikan barat pada umumnya[6]
ASPEK-ASPEK
PEND BARAT PADA UMUMNYA
 PENDIDIKAN ISLAM
Proses Belajar Mengajar
Karena sekularistik-materialistik, maka motif dan objek belajar-mengajar semata-mata masalah keduniaan (profan)
Aktivitas belajar-mengajar ialah amal ibadah, berkaitan erat dengan pengabdian kepada Allah
Konsep Pendidikan
Barat pada umumnya tidak mengaitkan  konsep pendidikan dengan pahala dan dosa. Ilmu itu bebas nilai (value free).
Islam mengaitkannya dengan pahala dan dosa karena kebajikan dan akhlak mulia merupakan unsur pokok dalam pendidikan Islam (value bound).
Tujuan Akhir Pendidikan
Hidup sejahtera di dunia secara maksimal baik sebagai warga Negara maupun sebagai warga masyarakat.
Terwujudnya insan kamil (manusia sempurna dan paripurna), yang pembentukannya selalu dalam proses sepanjang hidup (has a beginning but not an end).


2.      Bertolak dari Qs.Arrum:30 tentang fitrah, aliran filsafat pendidikan Islam tentang konsep dasar moral manusia dan aksinya terhadap dunia luar terbagi kepada empat. Dua diantaranya ialah 1) positif-aktif, dan 2) dualis-aktif. Pertanyaannya adalah: 1) masing-masing karakteristik aliran tersebut 2) lengkapi jawaban saudara dengan argumen masing-masing baik secara normative maupun secara rasional dan 3) bagaimana dampaknya dalam pendidikan Islam
1)      Karakteristik aliran[7]
a.       Positif-aktif yakni bawaan dasar atau sifat manusia sejak lahir adalah baik, sedangkan kejahatan bersifat aksidental.   Para ahli yang berpandangan positif-Aktif membangun dasar argumennya hal tersebut dijelaskan dalam QS. al-A’ra>f (7):172.
b.      Dualis-aktif: manusia sejak awalnya membawa sifat ganda. Di satu sisi cenderung  kepada  kebaikan, dan di sisi lain cenderung kepada kejahatan.  Menurut Qutub, dua unsur pembentuk esensial dari struktur manusia secara menyeluruh, yaitu ruh dan tanah, mengakibatkan kebaikan dan kejahatan sebagai suatu kecenderungan yang setara pada manusia, yaitu kecenderungan untuk mengikuti Tuhan  (ruh) dan kecenderungan untuk tersesat (tanah). Kebaikan yang ada dalam diri manusia dilengkapi dengan pengaruh-pengaruh eksternal seperti kenabian dan wahyu Tuhan sementara kejahatan yang ada dalam diri manusia dilengkapi faktor eksternal seperti godaan dan kesesatan.
2)      Secara Normative dan rasional
Secara rasional fitrah manusia adalah:
a.      Fitrah manusia dalam pendidikan berfungsi alat pemersatu dan pengembangan pribadi dan social. Fungsi ini sebagai akibat dari fungsi-fungsi sebelumnya.  Oleh karena peserta didik sudah memahami dan menghayati nilai-nilai Ilahiyah dan Insaniyah, nilai-nilai luhur bangsa, dan nilai-nilai multi cultural, maka pendidikan dapat berfungsi sebagai alat pemersatu dan pengembangan pribadi dan sosial.
  1. Fitrah manusia dalam pendidikan berfungsi mencerdaskan manusia dengan megembangkan, memperbaiki,  memimpin, melatih, mengasuh potensi setiap anggota mayarakat (kognitif, afektif dan psikomotorik) untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, ilmu, akhlak mulia (karakter kuat positif), dan keterampilan yang diperlukan dalam menjalani hidup bermasyarakat yang kompleks. Manusia mempunyai banyak potensi (fitrah) laten baik yang bersifat immateri seperti akal, hati, rasa,  dan lain-lain maupun yang bersifat materi, seperti fisik/keterampilan
Secara normative fitrah manusia adalah sebagai berikut.
       Pewarisan nilai-nilai islam dan nilai-nilai luhur budaya-tradisi agar anggota masyarakat itu mempunyai spiritual dan makna dalam kehidupan. Maka di samping pendidikan mempunyai fungsi  untuk mendidik anggota masyarakat yang beragam, juga harus mewariskan dan melestanikan nilai-nilai islam dan nilai luhur budaya serta tradisi yang masih layak dipertahankan. Sumber nilai budaya dapat dibedakan menjadi tiga  bagian yaitu nilai ilahiyah dan nilai insaniyah  serta nilai kauniyah.
3)      Dampak dalam pendidikan Islam yakni mengembangkan potensi peserta didik melalui 4 sudut pandang yakni:
1.      Dimensi kepribadian: pandangan hidup  dan sikap-laku, pilar-pilar karakternya sebagai dasar kepribadian muslim peserta didik
2.      Kreativitas: banyak gagasan, trampil, pandai memanfaatkan kesempatan, inovatif, dan banyak opsi alternative dalam mengimplementasikan hasil belajar.
3.      Produktifitas: cukup pengetahuan, menguasai sistem dan sarana, gairah berprestasi, profesional, disiplin dan menghargai waktu sehingga tercipta peserta didik yang unggul di dunia globalisasi tetapi memegang paham Islami
4.      Religius-spiritual: ketakwaan sebagai prestasi rohani, yang bersumber pada keimanan sebagai potensi rohani yg terakumulasi dl amal saleh, baik dalm ibadah moral, kepedulian sosial, sehingga terwujud sebagai kesalehan hidup (individu maupun sosial) peserta didik sehingga mengantisipasi tindakan negatif dan mencegah berkembangnya energi negatif yang sudah ada pada setiap individu.

3.      Dalam penentuan nasib seseorang sangat tergantung kepada tiga hal yakni faktor hereditas, faktor lingkungan, dan faktor kehendak bebas manusia atas pertolongan/ hidayah Allah. Jelaskan masing-masing faktor dan jelaskan pula hubungan masing-masing faktor sehingga melahirkan sikap keyakinan, pola pikir serta perbuatan!
  Faktor Hereditas merupakan kecenderungan alami cabang-cabang untuk meniru sumber mulanya dalam komposisi fisik dan psikologi.  Ahli hereditas lainnya menggambarkan sebagai penyalinan cabang-cabang dari sumbernya. [8] Sedangkan, hereditas pada individu berupa warisan “specific genes” yang berasal dari kedua orang tuanya. “genes” ini terhimpun di dalam kromosom-kromosom atau colored bodies. Kromosom-kromosom baik dari pihak ayah ataupun dari pihak ibu berinteraksi membentuk pasangan-pasangan. Dua anggota masing-masing pasangan memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Pasangan kromosom dimana dalam masing-masing kromosom terdapat sejumlah genes dan masing-masing memiliki sifat tertentu, membentuk persenyawaan genes yang demikian menjalin sifat-sifat genes.[9] Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembawaan ialah potensi-potensi pada diri setiap individu dari keturunannya masing-masing.
  Faktor Lingkungan  ialah  (1) lingkungan dalam (segala sesuatu yg telah masuk kedalam diri kita), (2) alam fisik, (3) budaya dan tradisi, (4) spiritual (agama), dan (5) alam sosial terutama pergaulan. Pergaulan bisa melewati batas-batas agama, negara, jenis, aliran, dll. [10]
  Faktor Kebebasan Manusia adalah suatu sikap dan prilaku bebas dengan keterbatasannya.[11]
  Hubungan masing-masing faktor sehingga melahirkan sikap keyakinan, pola pikir dan perbuatan adalah Kehidupan sosial ialah kehidupan saling pengaruh. Setiap individu mempengaruhi dan dipengaruhi (educandum dan educandus).  Hubungan-hubungan antarmanusia, baik individu maupun antarkelompok, tingkat keharmonisan yang dirasakan , serta tingkat kemampuan lingkungan untuk merealisasikan berbagai kebutuhan individu, semuanya bisa mempermudah atau mempersulit proses pendidikan dalam rangka pembentukan karakter. Hubungan antara manusia mengandung: kedalaman emosi dan kedalaman hati serta pikiran .
4.      Jelaskan hubungan filosufis antara 1) filsafat hidup, keyakinan, dan budaya-tradisi bangsa, 2) falsafah Negara/bangsa dan UUD 1945, 3) UU Sisdiknas, tujuan akhir pendidikan Islam dan tujuan pendidikan nasional, dan 4) PP peraturan menteri, keputusan menteri, dan peraturan daerah dan keputusan kepala daerah
Hubungan filosufis antara ke empatnya adalah untuk mencapai tujuan pendidikan baik dari segi ontologis, epistemologis, maupun aksiologis dalam pendidikan nasional dan khususnya pendidikan Islam. Seperti yang kita ketahui bahwa filsafat hidup, keyakinan, dan budaya tradisi bangsa merupakan transmisi nilai dari sisi budaya ,agama, adat Istiadat dan arus global dan hal tersebut termuat dalam falsafah bangsa yakni pancasila yang berbunyi:
a)      Ketuhanan yang maha esa
b)      Kemanusiaan yang adil dan beradab
c)      Persatuan Indonesia
d)     Kerakyaktan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
e)      Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Pancasila merupakan landasan bagi pencapaian tujuan pendidikan karena digunakan sebagai dasar-dasar pendidikan dalam pembuatan kurikulum, penerapan pendidikan karakter peserta didik, kompetensi pendidik, metode pendidikan dan evaluasi pendidikan yang ada di Indonesia. Selain itu, sebagai pembentuk lima pilar pendidikan diantaranya adalah:
1.      Learning to believe and to convince the almighty God
      (Belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa)
2. Learning to know
      (Belajar untuk memahami dan menghayati)
3. Learning to do
      (Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif)
4. Learning to live together
     (Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain)
5. Learning to be
     (Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri)
Kelima pilar tersebut kemudian dimaktubkan dalam UU Sisdiknas dengan tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian & akhlak mulia (Pasal 1 : 1), guna mewujudkan manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa & berakhlak mulia (Psl. 3), sebagai strategi pembangunan pendidikan nasional, khususnya tentang pelaksanaan pendidikan agama serta akhlak mulia (Penjelasan UU SISDIKNAS). Kemudian dari UU tersebut sebagai dasar adanya PP peraturan menteri untuk memberikan kebijakan pendidikan guna mencerdaskan kehidupan anak bangsa menjadi manusia yang berkualitas dan berakhluk karimah sesuai nilai-nilai kebaikan.


5.      Para filosuf muslim sangat ketat membuat kriteria seorang alim/guru/pendidik/dosen dalam pendidikan Islam. Paling tidak ada empat argumen yang melatar belakanginya. Jelaskan empat alasan tersebut?
Empat alasan kriteria alim/guru/pendidik/dosen:[12]
a.      Fitrah Suci: Agar Pendidik tidak merusak fitrah peserta didik yang beraliran positif-aktif atau pendidik jangan memberi andil untuk merusak fitrah peserta didik
b.      Pendidik Ulama: Pendidik dianggap sebagai ulama, atau sebagai pewaris para nabi sehingga harus dapat dijadikan teladan bagi peserta didik dan masyarakatnya
c.       Pengaruh Pendidik: Diakui bahwa kuatnya pengaruh pendidik terhadap peserta didik dalam proses pembelajaran dan pembentukan karakter islami
d.      Respect Ilmu: Islam sangat memperhatikan penghargaan terhadap ilmu
6.      Bagaimana pemikiran pendidikan Islam Ikhwan al-Shafa (aliran religius-rasional) dan Ibnu Khaldun (aliran pragmatis-instrumental) dan apa pula perbedaan kedua aliran tersebut?
a)      Konsep Pendidikan Ikhwan al-Safa
Menurut Ikhwan al-Safa bahwa perumpamaan orang yang belum dididik dengan ilmu akidah, ibarat kertas yang masih putih bersih, belum ternoda apapun juga. Apabila kertas ini ditulis sesuatu, maka kertas tersebut telah memiliki bekas mudah dihilangkan. Pandangan dalam pendidikan bersifat rasional empirik atau perpaduan antara pandangan yang bersifat intelektual dan faktual. Dalam hal ini ilmu sebagai gambaran dari sesuatu yang dapat diketahui di alam ini. Dengan kata lain, ilmu yang dihasilkan oleh pemikiran manusia itu terjadi mendapat bahan-bahan informasi yang dikirim oleh panca indera.[13]
b)      Konsep Pendidikan Ibnu Khaldun
Menurut Ibnu Khaldun pendidikan adalah proses belajar atau menurut ilmu pengetahuan manusia harus sungguh-sungguh juga harus memiliki bakat. Menurutnya dalam mencapai pengetahuan yang bermacam-macam itu seseorang tidak hanya membutuhkan ketekunan, tetapi juga bakat. Berhasilnya suatu keahlian dalam bidang ilmu suatu bidang ilmu atau disiplin memerlukan pengajaran. Berkenaan dengan bidang ilmu pengetahuan, Ibnu Khaldun membaginya menjadi 3 macam, yaitu: [14]
a.       Ilmu lisan (bahasa) yaitu ilmu tentang tata bahasa, sastra, dan bahasa yang tersusun secara puitis
b.      Ilmu Naqli, yaitu ilmu yang diambil dari kitab suci dan sunnah Nabi. Ilmu ini berupa membaca kitab suci al-Qur’an dan tafsirnya, sanad, dan hadits shahihnya serta istimbat tentang kaidah-kaidah fiqh. Dengan ilmu ini manusia akan dpat mengetahui hukum-hukum Allah yang diwajibkan kepada manusia. Dari al-Qur’an itulah didapati ilmu-ilmu tafsir, ilmu ushul fiqih yang dapat dipakai untuk menganalisa hukum-hukum Allah itu melalui cara istimbat.
c.       Ilmu Aqli yaitu ilmu yang menunjukkan manusia dengan daya fikir atau kecendurungan kepada filsafat dan semua ilmu pengetahuan

Perbedaan
Ikhwan Al-Safa
Ibnu Khaldun
Cara memperoleh ilmu
1.      Dengan cara pancaindera terhadap objek alam semesta yang bersifat empirik. Ilmu model ini berkaitan dengan tempat dan waktu
2.      Menggunakan informasi atau berita yang disampaikan oleh orang lain. Ilmu yang dicapai dengan cara yang kedua ini hanya dapat dicapai oleh manusia, dan tidak dpat dicapai oleh binatang. Dengan cara kedua ini pula mansuia memperoleh pengetahuan tentang hal-hal gaib
1.      Dengan cara berangsur-amgsur dan sedikit demi sedikit.
2.      Harus sering dilakukan pengulangan materi agar benar-benar dipahami baik ilmu pengetahuan umum maupun khusus
Tujuan Pendidikan
1.      ilmu dan sastra yang tidak mengantarkan pemiliknya menuju tuntutan akhirat dan tidak memberikan makna sebagai bekal di sana, maka ilmu yang demikian hanya menjadi bencana dan bukti kesusahan bagi pemiliknya di akhirat.
2.      Aliran ini membicarakan persoalan pendidikan seperti masalah ilmu dan belajar, cenderung lebih rasional dan filosufis.
3.      Memperoleh ilmu untuk mendapatkan pahala


1.      ilmu pengetahuan, sebagai alat untuk membantu hidup dengan baik di dalam masyarakat yang maju dan berbudaya;
2.      Memberikan kesempatan kepada pikiran untuk aktif dan bekerja, karena aktivitas ini bagi terbentuknya pikiran dan kematangan individu, kemudian kematangan ini akan mendapatkan faedah bagi masyarakat.
3.      Memperoleh ilmu untuk digunakan untuk memperoleh rezki.






[1] Maragustam Siregar, Handout Filsafat Pendidikan Islam,(Yogyakarta: MSI UII) 2015/2016 ppt h.11-12
[2] Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: al-Ma’arif, 1989), hal 19
[3] Omar Muhammad al-Thomy al-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,1979), hal 41
[4] Maragustam Siregar, Ibid...h.16
[5] Ababubidin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama,2005) h.14-15
[6] Maragustam Siregar, Ibid....h 94-95
[7]
[8] Maragustam Siregar, Ibid...h 198
[9] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Malang: Bina Aksara,1984)h 80-81
[10] Maragustam Siregar, Ibid...h 201
[11] Maragustam Siregar, Ibid...h 206
[12] Maragustam Siregar, Ibid...h 319
[13] Abuddin Nata,...Ibid h 232
[14] Abuddin Nata,...Ibid h 224-225

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pihak yang terlibat dalam Pengembangan Kurikulum

strategi marketing mix " Cappucino Cincau"

CONTOH JOBS DESCRIPTION KEPANITIAN