CORAK PEMIKIRAN SYAIKH AHMAD ASSURKATI AL-ANSHARI DALAM BIDANG PENDIDIKAN ISLA
HENY KUSMAWATI
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap
masyarakat di manapun selalu terdapat pelaku sejarah yaitu orang yang secara
langsung terlibat dalam peristiwa sejarah. Di Indonesia saat ini masih banyak
pelaku sejarah yang belum di tulis pemikiran-pemikiran dan pengalaman hidupnya[1].
Pelaku sejarah ini banyak memberikan kontribusi yang besar, baik pemikiran,
pendidikan, sosial keagamaan, politik ataupun yang lain. Salah satunya adalah
Syaikh Ahmad Assukarti, ia seorang keturunan arab dari sudan yang banyak
memberi sumbangan pemikiran baik dalam perkembangan pendidikan Islam maupun
pemikiran Islam di Indonesia. Ia mengawali kariernya sebagai tenaga pengajar di
Sekolah Jamiatul Khair.
Sebagai
tokoh pemikir, penggerak, dan pembaharu di Indonesia. Ahmad Assukarti tidak
menjalankan usahanya sendiri tetapi di bantu oleh murid-muridnya yang menjadi
pengurus Al-Irsyad di beberapa kota, diantaranya kota Tegal, Pekalongan,
Bumiayu, Cirebon, dan Surabaya[2].
Sejarah mencatat, Ahmad Sukarti adalah seorang pemikir besar yang melahirkan
tokoh-tokoh pergerakan, pembaharuan Islam dengan konsep dasar dan pemikiran
mengenai agama yang dimunculkan oleh Ahmad Assukarti baik dalam bentuk tulisan,
gagasan, ataupun tindakan yang mampu mempengaruhi masyarakat di sekitarnya.
Pemikiran
Ahmad Assukarti mampu mengguncang dan mengubah tradisi sebagaian masyarakat
Arab di Indonesia, serta menjadi penggerak lahirnya tokoh-tokoh reformis di
kalangan masyarakat pribumi, bahkan murid-muridnya tidak hanya di kalangan
keturunan tetapi juga orang belanda salah satunya Van der Plas seorang pejabat
pemerintah Belanda[3]
Hal
nyata yang sangat terlihat adalah merombak pendidikan tradisional menjadi
pendidikan modern. Begitu juga dalam bidang sosial keagamaan menyebarkan
musawah dan memerangi kebodohan umat Islam. Dengan segalan pemikiran
pembaharuan dalam segala bidang yang dilakukan Ahmad Assukarti.
Berdasarkan
berbagai aspek pembaharuan Islam yang dilakukan oleh Ahmad Assukarti, penulis
memilih bidang pendidikan Islam agar penulisan makalah ini lebih spesifik dan
detail. Adapun judul yang digunakan adalah “Corak pemikiran Syaikh Ahmad
Assukarti Al-Anshari dalam bidang pendidikan Islam”.
B Rumusan Masalah
Mengacu pada uraian di atas, dan untuk mendapatkan jawaban dari
pokok permasalahan, maka di susun rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa yang
melatar belakangi pemikiran-pemikiran Ahmad Surkati?
2.
Bagaimana corak
pemikiran Ahmad Sukarti dalam pendidikan Islam?
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuannya adalah sebagai
berikut.
1.
Menjelaskan
latar belakang pemikiran-pemikiran Ahmad Surkati.
2.
Menjelaskan corak
pemikiran Ahmad Sukarti dalam pendidikan Islam.
D. Manfaat
Manfaat Makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Memberikan ilmu baru tentang pemikiran Syeikh Ahmad As sukarti
Al-Anshari dalam bidang pendidikan Islam.
2. Memberikan informasi bahwa Pendidikan Islam itu mengalami kemajuan
dari zaman ke zaman
II. PEMBAHASAN
A.
Latar Belakang
Pemikiran Ahmad Sukarti
Syekh Ahmad Sukarti nama
lengkapnya adalah Ahmad bin Muhammad Sukarti al-Kharraj al Anshari, ia lahir
pada tahun 1872 di Afdu Donggala sudan dari keluarga yang taat beragama.
Ayahnya, Muhammad al-Anshari adalah seorang ulama tamatan Al-Azhar Kairo Mesir secara
bahasa, Sukarti punya banyak arti banyak kitab dalam bahasa sudan sur artinya
kitab dan karti artinya banyak.
Sejak kecil Ahmad Sukarti telah diajari mengaji dan di didik untuk
menjadi penghafal Al-Qur’an dan masa kanak-kanaknya beliaupun sudah hafal
Al.Qur’an. Setelah remaja, beliaupun belajar ilmu fiqih dan tauhid.[4]Semangat
untuk Ilmu Ahmad Sukarti tidak pernah surut dengan cara belajar kuliah di
Al-Azhar.
Pada saat usia 22 tahun, beliau menunaikan ibadah haji, lalu ia
menetap di Madinah selama 4 tahun. Kemudian beliau pindah ke Makkah untuk
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi selama 11 tahun. Pada tahun 1906
ketika berumur 34 tahun beliau berhasil memperoleh ijazah tertinggi guru agama
dari pemerintah Istanbul, bahkan beliau termasuk salah seorang diantara 4 orang
guru agama di Arab Saudi. Karier guru dan ulamanya dimulai dengan menjadi guru
di Masjidil Haram di Musyarafah, disini beliau tidak lama menjadi seorang guru
karena kemudian ia pergi ke Indonesia untuk mengembangkan ilmu dan mensosialisasikan
pemikirnya. Di Indonesia kemudian beliau membentuk lembaga pendidikan yang
dinamakan Al-Irsyad. Adapun Prinsip dari gerakan al-Irsyad yaitu mewujudkan
kesetaraan dianatara kaum muslim berdasarkan al-qur’an dan sunnah serta
mengikuti jalan yang benar untuk semua solusi masalah agama yang diperdebatkan.[5]
Selain menjadi seorang pendidik, ulama dan tokoh pembaharu Islam,
Ahmad Sukarti juga dikenal sebagai seorang penulis produktif. Kemampuannya
dalam menulis terbukti dengan banyaknya karya tulis yang dihasilkannya. Karya
tulis tersebut bagi Ahmad Sukarti dpat dijadikan sebagai media untuk
mensosialisasikan gagasan atau ide-ide pembaharuan Islam dan pendidikan Islam.
Beberapa karya tulis Ahmad Suakrti ditulis dengan menggunakan bahasa Arab,
bahasa Melayu, dan bahasa belanda. Karya-karya tulis Ahmad Sukarti tersebut
dapat disebutkan di sini antara lain:[6]
1.
Surat-Surat
Jawaban
2.
Al-Wasiyat
al-Amiriyyah (Nasihat bagi Para Pemimpin)
3.
Al Masail al
Tsalats (Tiga Persoalan)
4.
Hak Suami Istri
5.
Tawjib al
Qur’an lil adabil al Qur’an
B.
Pemikiran Ahmad
Sukarti dalam Pendidikan Islam
B.1 Ide Pembaharuan
Pendidikan Islam Pemikiran Ahmad Sukarti
Secara
umum ide-ide pembaharuan pendidikan Ahmad Sukarti dapat dikategorikan ada
beberapa aspek yaitu aspek kelembagaan, kurikulum, metode dan pendidikan.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.[7]
1.
Apek
Kelembagaan
Setelah
terbentuknya organisasi al-Irsyad, maka salah satu tujuan dari organisasi
al-Irsyad yang telah dirumuskan dalam dasar-dasar pembentukan al-Irsyad, didirikanlah
sekolah-sekolah yang peserta didiknya terbuka untuk umum asalkan mereka
beragama Islam.
Secara
kelembagaan program pendidikan yang dilakukan berlangsung selama 15 tahun
dengan jenjang pendidikan, yang meliputi pendidikan dasar 3 tahun, pendidikan ibtidaiyah
selama 4 tahun, pendidikan tajhiziyyah selama 2 tahun, jenjang mu’allimin
selama 4 tahun dari takhassus selama 2 tahun[8].
2.
Aspek
Kurikulum.
Sebagai
lembaga pendidikan modern, sekolah-sekolah al-Irsyad dalam kegiatan belajar
mengajar menerapkan rencana pelajaran atau rencana pengajaran yang dalam bahasa
pendidikan disebut kurikulum[9].
Rencana
pelajaran itu dijadikan sebagai kerangka kerja sistematik dalam suatu kegiatan
pengajaran modern. Penerapan konsep tersebut tidak terlepas dari keterlibatan Ahmad
Sukarti sebagai tokoh berpengaruh pada
sekolah-sekolah al-Irsyad.
Berbeda
dengan penyelenggaraan belajar mengajar dilakukan oleh lembaga pendidikan Islam
tradisional lainnya, al-Irsyad menerapkan cara yang modern. Pada lembaga
pendidikan tradisional rencana pelajarannya, kurikulumnya tidak dibuat secara
khusus. Yang ada hanyalah kitab yang akan diajarkan. Pemakaian jenis kitabnya
disesuaikan dengan tingkat dan waktu lama santri belajar, sehingga dalam
operasional kegiatan belajar mengajar program pengajarannya dimulai dengan bab
pendahuluan pada masing-masing kitab yang diajarkannya sampai pada bab penutup
secara berurutan. Begitu juga penggunaan kitabnya dimulai dari jenis kitab yang
paling rendah dalam tingkatanya satu disiplin ilmu keislaman, sampai pada
tingkatan paling tinggi.[10]
Berdasarkan
uraian tersebut dapat diketahui bahwa Ahamad Surakati dapat dikategorikan
sebagai tokoh pembaharu dalam bidang pendidikan Islam pada masanya, karena
model dan cara pendidikan yang diperkenalkannya belum dapat dikenal di
lembaga-lembaga pendidikan pada masyarakat Islam. Hal ini menunjukkan sikap dan
pandangan yang berani dan berbeda dari sikap dan pandangan pada masa itu[11].
Sikap dan keberanian Ahmad Sukarti mencetuskan tentang konsep kurikulum
yang tidak menerapkan dikotomi dalam
ilmu pengetahuan (tidak ada pemetaan ilmu karena semua ilmu bermanfaat bagi
umatnya).
3.
Aspek Metode
Untuk
memahami metode dan pendekatan yang diterapkan oleh Ahmad Sukarti dalam
kegiatan belajar mengajar pada sekolah al-Irsyad, dapat dilihat dari komentar
yang diberikan kalangan sahabat dan muridnya yang secara langsung mendapat
pendidikan dari Ahmad Sukarti. Mereka adalah:[12]
a.
HM.Rasyidi
Ahmad Sukarti sebagai seorng guru
yang telah menerapkan pendekatan personil psikologi dan conseling dalam melihat
minat dan bakat serta tingkat kemampuan intelegensi para siswa yang
diajarkannya. Pendekatan ini digunakan untuk memberikan pengarahan dan
bimbingan agar siswa itu menemukan sendiri minat dan bakat serta kemampuan
intelegensinya. Dari keadaan ini para siswa dapat dibantu dalam memilih jurusan
atau spesialisasi ilmu yang akan dikembangkannya pada jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.
b.
A.Hasan
Menurut A.Hasan, bahwa Ahmad Sukarti adalah seorang pendidik yang
berjiwa demokratis dan dalam suasana kegiatan belajar-mengajar beliau
menggunakan pendekatan akliyah, pendekatan rasionalitas dalam mengembangkan
tingkat kemampuan berpikir siswa dan orang-orang belajar dengannya, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Selain
itu, Ahmad Sukarti juga menerapkan metode diskusi kepada para muridnya,
sehingga tak heran jika para murid yang diajarnya itu menjadi mitranya dalam
satu forum yang menjadi ajang pertukaran pikiran dan pendapat. Tidak lupa juga
menerapkan metode ceramah dan dan praktek.
Pendekatan
yang digunakan adalah memperhatikan muridnya dari segala budi pekerti dan
intelektual, pemikiran yang mampu diterima oleh muridnya, pendekatan rasional,
pendekatan personal, pendekatan ma’thur, dan pendekatan tahuhid
Secara
garis besar, sistem pendidikan Ahmad Sukarti itu harus mencerminkan kebutuhan
masyarakat. Bahwa pendidikan harus mampu memberikan perbaikan kondisi
masyarakat secara lahir dan batin Dimensi pendidikan Islam menurut Ahmad
Sukarti mengandung dimensi Ilhaiyah dan dimensi insaniyah[13].
Tujuan pendidikan Islam harus mengacu kepada perlindungan terhadap manusia dari
latar belakang keangkuhan diri sendiri, terutama dalam posisinya sebagai
khalifah Allah di dunia ini. Tujuan pendidikan Islam juga mengisyaratkan
perlunya perhatian khusus terhadap permasalahan, problem, keadaan individu
peserta didik, yang mengalami perbedaan latar belakang.
B.2 Pendidikan Islam
bagi Manusia dalam Pemikiran Ahmad Sukarti
Pada hakikatnya manusia diciptakan dalam sebaik-baiknya bentuk
adalah dalam rangka mengemban tugas sebagai khalifah di muka bumi untuk
melengkapi kesempurnaan tersebut, diperlukan pemberdayaan manusia. Diantara
unsur pemberdayaan yang strategis adalah melalui pendidikan manusia, pendidikan
Islam adalah upaya untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki sehingga memiliki
tanggung jawab profesional dan jati diri dalam hidup disertai akhlak yang
terpuji.
Oleh karena itu, tidak berlebihan jika Ahmad Sukarti meyakini bahwa
pendidikan dan pengajaran adalah semua dan merupakan kunci bagi terciptanya
kemajuan peradaban umat Islam. Uraian tersebut dapat dilihat dari ungkapan
Ahmad Sukarti yaitu pengajaran merupakan dasar semua kemajuan dan merupakan
pokok dari semua kemuliaan dan pangkal semua keberhasilan.
Fokus pemikiran Ahmad Sukarti dalam bidang pendidikan Islam antara
lain: merombak pendidikan tradisional menjadi modern dengan menggunakan
kurikulum baru, selain itu pelajaran agama juga diajarkan pelajaran-pelajaran
umum, memberikan kebebasan murid-muridnya untuk mengeluarkan pendapat dan
pemikirannya.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka kesimpulannya adalah sebagai
berikut.
1. Ahmad sukarti
adalah seorang pembaharu pendidikan Islam dengan semangat pembaharuan Ahamad
Sukarti melihat lingkunganpendidikan. Karier guru dan ulamanya dimulai dengan
menjadi guru di Masjidil Haram di Musyarafah, disini beliau tidak lama menjadi
seorang guru karena kemudian ia pergi ke Indonesia untuk mengembangkan ilmu dan
mensosialisasikan pemikirnya. Di Indonesia kemudian beliau membentuk lembaga
pendidikan yang dinamakan Al-Irsyad. Adapun Prinsip dari gerakan al-Irsyad
yaitu mewujudkan kesetaraan dianatara kaum muslim berdasarkan al-qur’an dan
sunnah serta mengikuti jalan yang benar untuk semua solusi masalah agama yang
diperdebatkan
2. Dengan adanya
pemikiran dari Ahmad Surkati menjadikan pendidikan harus melihat kebutuhan
masyarakat, diharapkan pendidikan di Indonesia mampu memberikan perubahan yaitu
memberikan perbaikan ondisi masyarakat yang bobrok dan tidak mempunyai sumberdaya manusia yang berkualitas
menjadi masyarakat yang berperilaku baik dan mempunyai sumberdaya alam manusia
yang berkualitas, agar dapat menjalankan amanah dari Allah SWT sebagai khalifah
di muka bumi dan mampu mengantarkan masyarakat Indonesia dalam menggapai
kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Bisri dan Syaikh Ahmad.1999. Pembaharu dan Pemurni
Islam di Indonesia.Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar.
Kuntowijaya.
1995.Pengantar Ilmu Sejarah.Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
Nata, Abubidin.2001.Filsafat Pendidikan Islam. Ciputat:
Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran
Ramayulis, Syamsul Nisar.2005. Ensiklopedia tokoh pendidikan di
dunia dan Indonesia.Ciputat: Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran.
Yunus,Mahmud. 1992. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia cet
ke-3.Jakarta: Mutiara
Sumber Widya.
[1]
Kuntowijaya, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Yayasan Bentang
Budaya,1995) h.6
[2] Abubidi
Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Ciputat: Logos Wacan Ilmu dan
Pemikiran,2001)h 194
[3] Bisri
Affandi, Syaikh Ahmad, Pembaharu dan Pemurni Islam di Indonesia
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,1999) h 129
[4] Abubidin
Nata, Ibid...... 193
[5]
Ramayulis, Syamsul Nisar, Ensiklopedia tokoh pendidikan di dunia dan Indonesia,
(Ciputat:Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran 2005) h.56-60
[6] Ababudin
Nata, Ibid...h 195-196
[7] Abubidin
Nata, Ibid... h.197
[8] Mahmud
Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Mutiara Sumber
Widya,1992,cet ke-3, h.37
[9] Hida
Taba dalam bukunya “Curriculum Development: Theory and Practice”
mengartikan kurikulum sebagai rencana kerja dalam S.Nasution, Asas-asas
kurikulum, Bandung; Jemars,1982,cet.ke-6, h.6.
[10]
Disiplin ilmu ke Islaman itu mencakup tafsir dan ilmu tafsir, hadits dan ilmu
hadits, fiqih dan ushul fiqih, bahasa arab, nahwu sharaf, akhlak, dan tasawuf.
[11]
Ababudin Nata, Ibid...h.200
[12]
Ababudin Nata, Ibid...h 198
[13]
Ramayulis, Ibid...h 60-65
Komentar
Posting Komentar